Dokter Lie Dharmawan, ‘Dokter Gila’ Pendiri Rumah Sakit Apung

November 7, 2018
Oleh : Nova Zakiya

Dokter Lie Dharmawan bukanlah dokter biasa. Ia mendapat julukan “Dokter Gila” karena perjalanan hidupnya mendirikan rumah sakit apung. Dokter Lie bersama sejumlah dokter muda sudah berkeliling wilayah  Timur Indonesia untuk mengobati, bahkan mengoperasi pasien di atas lautan.

Lantas, siapa sebenarnya sosok dokter Lie Dharmawan ini?

 

Masa Kecil Dokter Lie Dharmawan

Dokter Lie Agustinus Dharmawan lahir di Kota Padang, 16 April 1946. Ia tumbuh di keluarga yang berkekurangan dan bukan berasal dari keluarga dokter.

Dokter Lie pernah punya pengalaman pahit sewaktu kecil. Adiknya meninggal akibat disentri karena masih sedikit akses kesehatan di Sumatera. Ibunya juga harus berjuang menghidupi Lie dan adik-adiknya setelah sang ayah meninggal.

Dari pengalaman inilah, dokter Lie bercita-cita menjadi seorang dokter. Ia sempat ditertawakan oleh teman-temannya karena cita-citanya dianggap tidak sesuai dengan kondisi perekonomian keluarganya. Namun, dokter Lie tidak menyerah. Ia selalu mencontoh perjuangan keras ibunya yang tak pernah putus asa dalam menghadapi sesuatu.

 

Perjuangan Lie Dharmawan menjadi Dokter

Perjuangan Lie Dharmawan jadi dokter
Sumber: Liputan6.com

Saat lulus SMA, Lie berkali-kali mendaftar ke fakultas kedokteran yang ada di Pulau Jawa. Namun, berkali-kali pula Lie tak pernah diterima. Kesempatan kuliah akhirnya datang saat ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Res Publica (URECA). Sayangnya, Lie tak bisa melanjutkan kuliah karena kampusnya dihancurkan massa setelah situasi politik yang cukup memanas kala itu.

Kejadian ini sama sekali tidak menyurutkan cita-cita Lie menjadi dokter. Ia bekerja serabutan untuk mengumpulkan uang demi berangkat sekolah ke Jerman. Di usia 21 tahun, Lie diterima di Fakultas Kedokteran Free University di Berlin Barat. Untuk membiayai kuliah dan kehidupannya, Lie bekerja sebagai kuli bongkar muat barang dan juga bekerja di panti jompo. Uang hasil kerjanya ini juga Lie gunakan untuk membiayai sekolah adik-adiknya.

Kesibukannya ini tak lantas membuat Lie minim prestasi. Lie berhasil mendapat beasiswa. Ia meneruskan pendidikannya selama 10 tahun hingga mendapat gelar Ph.D di Free University Berlin. Ia berhasil lulus empat spesialisasi, yaitu ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung dan ahli bedah pembuluh darah. Cita-cita masa kecilnya kini sudah tercapai.

 

Dokter Lie Dharmawan Bentuk Organisasi DoctorSHARE

Dokter Lie Dharmawan bentuk doctorSHARE
Sumber: doctorSHARE

Memiliki kondisi yang mapan di Jerman tak membuat dokter Lie melupakan mimpi awalnya untuk menolong banyak orang dengan profesinya sebagai dokter. Ia selalu ingat pesan ibunya, “kalau kamu jadi dokter, jangan memeras orang kecil atau orang miskin. Mungkin mereka membayar kamu berapa pun. Tetapi diam-diam mereka menangis di rumah karena tidak punya uang untuk membeli beras,”.

Alasan inilah yang membuat dirinya memutuskan untuk mengabdikan diri kepada kemanusiaan. Dokter Lie memboyong anak istrinya pulang ke Indonesia dan memulai karirnya sebagai dokter dari nol. Ia bekerja tanpa pamrih, bahkan tanpa mengharap bayaran di lokasi-lokasi terpencil di Indonesia. Di tahun 2009, Lie bersama Lisa Suroso mendirikan doctorSHARE (Yayasan Dokter Peduli), sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada pelayanan kesehatan medis dan bantuan kemanusiaan. Ia bersama dokter-dokter muda dan relawan berkunjung dari satu daerah ke daerah lain yang berada di lokasi terpencil untuk memeriksa dan mengobati warga setempat yang sakit.

 

Dokter Lie Dharmawan Dirikan Rumah Sakit Apung

Bersama doctorSHARE, dokter Lie mendirikan rumah sakit apung pertama milik swasta di Indonesia pada tahun 2013. Ide ini ia dapatkan saat doctorSHARE tengah melakukan pelayanan medis gratis di Langgur, Kei Kecil, Maluku Utara. Dokter Lie tiba-tiba didatangi seorang ibu yang membawa anak perempuannya dalam keadaan usus terjepit. Keduanya telah berlayar selama 3 hari 2 malam. Padahal, penanganan seseorang dengan usus terjepit harus dioperasi dalam waktu 6-8 jam. Beruntung, anak perempuan berusia 9 tahun tersebut berhasil dioperasi dan sembuh.

Kejadian ini tak bisa dilupakan oleh dokter Lie. Ia merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu. Ia ingin bisa menjangkau lebih banyak orang dengan mendirikan rumah sakit apung.

Ide ini sempat dicemooh oleh rekan seprofesinya yang bahkan menyebut Dokter Lie ‘gila’. Bagi temannya, tidak mungkin mendirikan rumah sakit apung karena butuh biaya yang sangat besar. Tapi, dokter Lie tidak berhenti mewujudkan mimpinya. Ia menjual rumahnya dan membeli kapal pinisi bekas pengangkut semen untuk membangun rumah sakit apung.

 

View this post on Instagram

 

Namanya dokter Lie. Ia bukan dokter biasa. . Ia tumbuh dalam keluarga yang berkekurangan. Adiknya berpulang karena disentri. Ibunya harus berjuang sendiri setelah ayahnya meninggal. . Karena kondisi ekonominya, ia pernah ditertawakan oleh teman-temannya saat bercita-cita menjadi dokter. Namun, Lie tak menyerah. Ia bekerja keras sampai bisa mengemban amanah menjadi dokter. . Sebagai dokter, ia berkomitmen membantu masyarakat kecil dengan mendirikan @doctorshare . Ia rela menjual rumahnya demi membeli kapal pinisi bekas pengangkut semen. Kapal itu, ia jadikan rumah sakit apung. Kini, rumah sakit apung telah membantu ribuan orang di Timur Indonesia. . Rumah Sakit Apung membutuhkan biaya perawatan ratusan juta agar tetap bisa beroperasi. Di Hari Jumat yang penuh berkah ini, mari berdonasi membantu Rumah Sakit Apung dengan cara, klik: kitabisa.com/rumahsakitapung . . Ini juga saat yang tepat untuk menunjukkan dukungan kita pada dokter Lie dan @doctorshare. Caranya, ketik: “Salut @doctorshare ” di kolom komentar! . Satu komentar darimu adalah bukti bahwa dokter Lie telah menginspirasi kita semua. . #rumahsakitapung #doctorshare #kitabisa #kitabisasehat #Orangbaik

A post shared by Kitabisa.com (@kitabisacom) on

Dengan rumah sakit inilah, dokter Lie “menjemput bola” alias memberikan pelayanan medis bagi warga di atas sebuah kapal yang bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Meski terlihat sederhana dengan bahan utama kapal dari kayu, rumah sakit apung ini sudah berhasil membantu ribuan orang di Timur Indonesia. Kapal ini bahkan bisa melayani operasi di lambung kapal. Dan yang paling penting, pasien sama sekali tidak dipungut biaya saat berobat di rumah sakit apung ini.

 

Bantu Rawat Rumah Sakit Apung

Dokter Lie sudah berjuang untuk memberikan pelayanan kesehatan di seluruh pelosok Indonesia. Kita juga bisa membantu dokter Lie dengan berdonasi bantu biaya perawatan Rumah Sakit Apung yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Caranya, klik: kitabisa.com/rumahsakitapung atau klik tombol ‘Donasi Sekarang’ di bawah ini.

Jika kamu punya teman atau sosok inspiratif lain yang berdedikasi untuk membantu banyak orang dan butuh biaya besar, kamu bisa galang dana di Kitabisa. Caranya, klik: ktbs.in/galangdana. Kamu bisa konsultasi mengenai galang dana ini dengan cara, klik: ktbs.in/tanya atau kirim pesan WhatsApp ke nomor 0813-1553-2353.

Bagikan