Butet Manurung Rela Hidup di Tengah Hutan untuk Anak Rimba

Butet Manurung adalah perintis dan penggerak pendidikan bagi anak-anak pedalaman Indonesia. Perempuan ini rela meninggalkan pekerjaannya demi memajukan pendidikan anak-anak suku Anak Dalam di daerah TNBD Jambi Sumatera Selatan.

 

Perempuan dengan nama lengkap Saur Marlina Manurung merupakan perintis dan penggerakan pendidikan bagi anak-anak di pedalaman Indonesia. Ia adalah pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat terpencil dan terasing di Indonesia. Butet menyandang gelar sarjana dan master di bidang Antropologi. Ia sempat bekerja di Warung Informasi Konservasi, yaitu sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentrasi pada isu konservasi hutan.

 

Inisiasi Butet Manurung untuk Pendidikan Indonesia

Kecintaannya terhadap lingkungan alam membuat Butet melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Ia sering melakukan perjalanan ke hutan-hutan di pedalaman Indonesia. Tak sekadar memperhatikan kondisi alam, Butet juga peduli terhadap pendidikan anak-anak yang ia temui. Butet mengajarkan bagaimana cara membaca, menulis, dan berhitung kepada mereka. Saat mengajar, Butet melihat kondisi kehidupan masyarakat pedalaman yang kehidupannya mulai terganggu pihak-pihak tertentu yang hanya ingin menjadikan hutan sebagai ladang bisnis. Ia dan teman-temannya merasa prihatin dan berpikir bahwa masyarakat rimba membutuhkan pendidikan untuk melindungi diri dan lingkungan tempat tinggal mereka. Berawal dari pemikiran tersebut, Butet akhirnya mendirikan Sokola Rimba di tahun 2003.

 

Sokola Rimba: Bentuk Kepedulian Butet Manurung

Butet Manurung Rela Hidup di Tengah Hutan untuk Anak Rimba

Sokola Rimba adalah program pendidikan yang ditujukan untuk komunitas adat Orang Rimba di Hutan Makekal Hulu di sisi barat Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, Sumatera. Berbeda dengan sekolah pada umumnya, Sokola Rimba menggunakan pendekatan dan metode khusus yang ramah budaya. Pengajaran membaca, menulis, berhitung dilakukan oleh Butet sambil tinggal bersama masyarakat didiknya selama berbulan-bulan. Tujuannya agar materi pelajaran yang diberikan kontekstual dan waktu belajar dapat disesuaikan dengan rutinitas harian mereka. Menurut Butet, pendidikan bisa membantu Orang Rimba untuk menjaga hutan dan mempertahankan hak-hak istimewanya.  

 

Tantangan Butet Manurung Mengembangkan Sokola Rimba

Butet Manurung Rela Hidup di Tengah Hutan untuk Anak Rimba

Lebih dari setahun Butet bersama teman-temannya melakukan riset dan penelitian untuk mengembangkan metode pendidikan Orang Rimba. Ia rela meninggalkan ibu kota untuk memajukan pendidikan masyarakat rimba. Berbagai penolakan pasti ditemukan oleh Butet, karena masyarakat merasa ketakutan akan kehilangan budaya asli mereka. Meski begitu, Butet terus semangat dan tidak menyerah untuk meyakinkan suku Anak Dalam tentang pentingnya pendidikan.

Baca juga:
Cerita Pilot Indonesia yang Tinggalkan Pekerjaan Demi Anak-anak Terlantar
HP Baru untuk Pak Bagong, Pengemudi Ojek Online di Yogyakarta

 

Penghargaan untuk Butet Manurung dan Sokola Rimba

Butet Manurung Rela Hidup di Tengah Hutan untuk Anak Rimba

Kerja keras Butet selama ini tidak berujung sia-sia. Anak-anak yang ia ajarkan mulai lebih teliti dan semangat untuk belajar. Ia juga berhasil meyakinkan mereka bahwa pendidikan bisa melindungi mereka dari penindasan dunia luar. Butet dan juga teman-teman mendapatkan penghargaan atas inisiasinya memajukan pendidikan.  Mereka mendapatkan berbagai penghargaan, diantaranya, Man and Biosphere Award LIPI dan UNESCO Indonesia, dan Woman of Letters’ as one of TIME magazine’s Heroes of Asia.


Seperti Butet Manurung yang memajukan pendidikan anak-anak suku pedalaman, kamu juga bisa bantu pendidikan Indonesia dengan cara berdonasi di Kitabisa. Lewat website Kitabisa dan Aplikasi Kitabisa, kamu dapat berdonasi untuk membantu renovasi gedung sekolah atau membantu anak putus sekolah.

banner_donasi_umum