Penyebab Skoliosis pada Anak, Faktor Risiko dan Jenisnya

Skoliosis alias penyakit bengkoknya tulang belakang bisa dialami oleh siapa saja. Namun pada anak-anak, risikonya akan semakin tinggi. Pasalnya, di usia 10-18 tahun, tulang sedang tumbuh dengan pesat. Artinya di masa-masa ini risiko semakin parahnya skoliosis akan bertambah besar.

Tulang belakang yang normal bentuknya lurus. Tapi anak yang memiliki skoliosis biasanya memiliki tulang dengan bentuk S atau C. Ketika berjalan, penderita seperti sedang memiringkan tubuh ke salah satu sisi. Meski pada kondisi ringan skoliosis tidak mengganggu, jika dibiarkan dan bertambah parah bisa merusak saraf hingga menekan organ-organ dalam tubuh.

 

Penyebab dan Faktor Risiko Skoliosis pada Anak

penyebab skoliosis

Pada sebagian besar kasus, penyebab skoliosis tidak diketahui. Seorang anak mungkin lahir dengan kelainan ini. Kondisi ini juga bisa berkembang seiring dengan berjalannya usia. Rentang umur yang paling berisiko terkena skoliosis adalah antara 10-18 tahun dengan penderita anak perempuan yang lebih banyak daripada anak laki-laki.

Ada beragam kemungkinan yang menyebabkan anak menderita skoliosis antara lain:

  • Gangguan sistem saraf termasuk cerebral palsy atau distrofi otot
  • Kondisi khusus yang diwariskan dalam keluarga (genetik)
  • Panjang kedua kaki yang berbeda. Ketika salah satu kaki lebih panjang dari kaki lainnya, ini dapat memengaruhi postur saat berjalan dan mengakibatkan tulang belakang berubah bentuk
  • Skoliosis sindrom. Dalam beberapa kasus, skoliosis merupakan efek dari adanya penyakit lain seperti neurofibromatosis dan sindrom Marfan
  • Penyebab lain. Postur tubuh yang buruk, membawa tas atau ransel yang terlalu berat, gangguan jaringan ikat hingga cedera juga dapat menjadi penyebab skoliosis yang perlu diwaspadai.

Adapun faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang anak menderita skoliosis antara lain:

  • Umur. Gejala skoliosis biasanya dimulai sesaat sebelum masa pubertas
  • Jenis kelamin. Anak perempuan memiliki risiko lebih besar mengidap skoliosis dibanding anak laki-laki
  • Genetik. Anak yang memiliki saudara atau kerabat dengan skoliosis memiliki risiko lebih besar mengidap penyakit yang sama.
Baca juga:
Skoliosis: Pengertian, Ciri-ciri, dan Cara Penanganannya
Cerita Zayn, Pasien Penyakit Langka Tulang Ekor

 

Jenis-jenis Skoliosis pada Anak

jenis skoliosis

Para tenaga kesehatan mengelompokkan skoliosis menjadi beberapa jenis. Mengetahui masing-masing tipenya akan lebih memudahkan penanganannya.

  • Skoliosis idiopatik. Kondisi ini merupakan yang paling umum terjadi dan anak bisa menderitanya di usia berapapun. Tapi perkembangan gejalanya paling terlihat sebelum anak memasuki usia puber. Para ahli masih belum mengetahui dengan pasti apa penyebabnya
  • Skoliosis bawaan. Skoliosis ini terjadi ketika ada yang salah dengan perkembangan beberapa bagian dari tulang belakang saat bayi berada di dalam kandungan. Kondisi ini kadang tidak disadari sampai anak mengalami lonjakan pertumbuhan yakni pada usia 2 tahun atau antara 8-13 tahun.
  • Skoliosis yang disebabkan oleh kondisi medis. Beberapa anak mengalami skoliosis karena kondisi kesehatan jangka panjang yang dialami dan memengaruhi sistem kerangka dan otot. Anak-anak yang menderita tumor di area tulang belakang juga dapat mengalami skoliosis.

Pada kasus skoliosis ringan, kadang tidak diperlukan penanganan khusus. Anak hanya perlu diperiksa secara berkala untuk memastikan kondisinya tidak bertambah parah. Dokter juga bisa menyarankan penggunaan braces (penyangga) atau melakukan pembedahan untuk skoliosis yang parah.


Biaya pembedahan untuk skoliosis sendiri tidaklah murah. Bisa mencapai ratusan juta rupiah. Jika kamu memiliki kenalan atau anggota keluarga yang memerlukan dukungan dana untuk pengobatan skoliosis, kamu bisa bantu mereka dengan galang dana di Kitabisa.