Wahyu dan Waktu Kejadian Nuzulul Quran

Tahukah kamu bahwa banyak orang yang menyamakan antara Nuzululquran dengan Lailatul qadar? Nuzulul Quran dan Lailatulqadar merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Meskipun memiliki keterkaitan, keduanya berbeda. 

Istilah Nuzulul quran sendiri mengarah pada kisah Rasulullah menerima wahyu berupa Al-Qur’an untuk pertama kalinya. Sementara peristiwa turunnya kitab suci umat Islam secara keseluruhan sebagai petunjuk dan pedoman hidup yang akan membawa kebaikan pada manusia disebut dengan Lailatulqadar.

 

Kisah Terjadinya Nuzulul Quran

Ketika muda, Nabi Muhammad SAW kerap melakukan penyucian diri atau kontemplasi di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur atau Gunung Cahaya. Menjauh dari bising suara kota dan pemukiman penduduk dilakukan secara terus-menerus hingga Nabi Muhammad menikah dengan istri pertamanya, Khadijah binti Khuwailid.

Pada waktu Muhammad berusia empat puluh tahun, kemusyrikan di sekitarnya semakin merajalela. Ia pun meminta izin pada Khadijah untuk menghabiskan waktu Ramadhan selama satu bulan penuh di Gua Hira. Selama menyepi, Muhammad menghabiskan waktunya untuk beribadah dan merenungkan fenomena alam yang diciptakan oleh Allah SWT.

Di malam ke tujuh belas Ramadhan, Malaikat Jibril menampakkan diri di hadapan Muhammad. Jibril memintanya untuk membaca padahal Muhammad buta huruf.  Setiap kali Muhammad menjawab, Jibril akan mendekapnya kuat dan mengatakan hal yang sama. Setelah hal ini berulang tiga kali, Jibril kemudian membacakan potongan surah Al-Alaq ayat satu hingga lima yang diikuti oleh Nabi Muhammad. 

Selepas kejadian tersebut, Muhammad pulang ke rumah dengan badan yang gemetar dan menggigil karena ketakutan. Khadijah yang merasa khawatir menenangkan Muhammad dengan kearifan yang dimilikinya.

 

Turunnya Wahyu Pertama

Turunnya wahyu pertama di usia Muhammad yang telah mencapai empat puluh tahun bukan tanpa alasan. Allah SWT menganggap bahwa usia tersebut merupakan puncak kematangan diri dan jiwa seorang manusia. 

Tanda kenabian pun semakin jelas ketika usianya genap empat puluh tahun. Mulai dari bebatuan di Mekkah yang mengucapkan salam kepada Muhammad hingga peristiwa Muhammad mengalami ru’yah shiddiqah atau mimpi hakiki, yakni mimpi yang tampak nyata. 

Setelah mengalami mimpi tersebut, Muhammad lebih sering mengasingkan diri untuk beribadah beberapa malam kemudian pulang kepada keluarganya.

 

Makna Dari Perintah “Bacalah!”

Potongan surat Al-Alaq dalam peristiwa Nuzulul Quran menjadi wahyu pertama sekaligus penanda bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW. Meskipun pada awalnya Muhammad merasa khawatir, Khadijah justru menyakinkannya dan memberikan ketenangan.

Wahyu pertama ini merupakan perintah membaca. Akan tetapi, yang dimaksud dengan “membaca” dalam ayat ini tidaklah sesederhana membaca buku. Lebih dari itu, ayat ini merupakan perintah untuk membaca berbagai hal dan peristiwa yang ada di bumi, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat hingga yang terasa maupun yang tidak terasa. Dalam Islam, membaca sangat penting karena merupakan asal dan inti dari ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan, seorang manusia tidak akan berkembang dan maju.

Selain perintah membaca, wahyu pertama juga menyinggung tentang manusia yang berasal dari segumpal darah sekaligus menegaskan bahwa Allah SWT merupakan zat yang mengajarkan manusia mengenai berbagai hal yang sebelumnya tidak dipahami oleh manusia itu sendiri.

Dengan turunnya potongan surah Al-Alaq sebagai wahyu pertama, hal ini juga mengisyaratkan bahwa ajaran Islam penuh pembelajaran. Meskipun potongan surat Al-Alaq sangat singkat dan sederhana, arti dan penafsiran ayat ini sangat luas dan dalam. 

Demikianlah penjelasan singkat mengenai Nuzululquran yang menarik untuk diketahui. Selain mengetahui kisahnya, ada baiknya untuk mengisi Nuzulul Quran dengan memperbanyak itikaf dan salat malam.


Kamu bisa menyempurnakan ibadah di malam nuzulul quran dengan cara berbagi kebaikan melalui Kitabisa. Sedekah dan zakat di Kitabisa dengan klik gambar di bawah inibanner_donasi_sedekah