Pembelajaran Penting dari Pamela Atkinson. Di dunia bisnis sosial, Pamela Atkinson adalah sosok yang cukup dikagumi dan menjadi panutan. Penulis buku “The unreasonable People“ ini mendedikasikan lebih dari 20 tahun hidupnya untuk pelayanan kemanusiaan. Terakhir ia menjadi penasehat gubernur negara bagian Utah serta aktif mengadvokasi para tunawisma dan orang-orang miskin di Utah.
Dalam perjalanan pengabdiannya, ada beberapa poin yang menjadi lesson learn :
- Rendah hati. Pamela sangat rendah hati. Ia selalu menganggap dirinya orang yang biasa-biasa saja. Pada salah satu kasus ia membantu dan menginisiasi berdirinya sebuah klinik kesehatan untuk orang-orang miskin, namun dalam perjalanan ia ingin agar klinik ini dimiliki oleh komunitas dan masyarakat. Alhasil ia bergerak di belakang layar, tidak menonjolkan diri agar seakan-akan masyarakatlah yang membuat dan memiliki klinik tersebut.
- Kolaborasi. Ada 3C yang dianggap penting bagi Pamela dalam dunia bisnis sosial: 1) Coordinate (koordinasi); 2) Cooperate (kerjasama); 3) Collaboration (kolaborasi). Di antara ketiga hal tersebut, kolaborasilah yang dianggap paling penting.
- Bicara. Dalam pengabdiannya, Pamela belajar untuk berani dalam memperjuangkan yang ia yakini. Saat dia menjadi penasehat gubernur misalnya, saat isu-isu sosial dan kemanusiaan tidak dijadikan agenda penting atau dikelola dengan cara yang tidak benar ia harus berani bicara dan menyatakan sikap.
- Profesionalisme. Setiap melakukan lobi ataupun advokasi, meski Pamela menunjukkan ketidaksepahaman, hal tersebut sama sekali tidak merusak hubungan personal. Menurutnya, dengan tidak merusak hubungan personal, ia dapat melakukan advokasi kembali dengan isu yang berbeda. Ia selalu berusaha mendengarkan lawan bicaranya meski berbeda pendapat. “I never thought of it that way-tell me more” adalah ungkapan yang sering ia katakan saat menghadapi perbedaan pendapat.
- Transparansi. Untuk bisnis sosial, transparansi adalah hal yang sangat penting. Semakin transparan sebuah organisasi, maka semakin ingin orang lain ikut bergabung.
- Penghargaan. Tanyakan kepada volunteer “How are things going? Are you enjoying this?”, tanya juga apa masukannya untuk organisasi. Banyak organisasi yang gagal mengapresiasi volunteernya.
- Pantang menyerah. Saat ia melakukan fundraising dan donatur mengatakan “no”, Pamela akan bertanya, “What can i do to help change your mind?”. Sejurus ia akan menawarkan penjelasan yang lebih, kunjungan langsung ke lokasi, atau apapun yang bisa dilakukan untuk mengubah cara berpikir orang tersebut. Pendekatan ini membuat ia menjadi salah satu fundraiser tersukses.
- Mulai dari hal kecil. Tidak harus berbuat besar baru bisa membantu. Banyak hal-hal kecil yang sebenarnya juga punya dampak untuk sesama. Bantuan-bantuan seperti mengumpulkan kaos kaki, baju, handuk, alat mandi, dll sangat berguna bagi mereka yang bahkan mengakses air bersih saja sulit.
- Semua bisa. “Saya berusia 80 tahun, berpenghasilan rendah dan sangat jarang bisa keluar rumah. Lalu apa yang bisa saya lakukan?” ujar seorang wanita kepada Pamela. Pamela pun menantang wanita tersebut untuk mendonasikan satu mangkok sup ke bank makanan (food bank) setiap minggu. Wanita itu menyetujuinya dan setelah beberapa tahun ia menyadari bahwa ia baru saja memberi makan ratusan orang tak berpunya.
- Sentuhan dan Senyuman. Dalam pengalamannya memberikan sentuhan dan senyuman hangat untuk para tunawisma dan kalangan tak berpunya memiliki dampak yang besar. Mereka sangat ingin diperhatikan dan diperlakukan istimewa.
- Jaga emosi. Sangat penting untuk memperhatikan diri sendiri selain memperhatikan orang lain. Mustahil bagi kita untuk bisa berbuat baik pada orang lain jika kondisi keluarga dan pertemanan kita sendiri tidak baik.
Dengan 11 panutan tersebut memberikan pembelajaran untuk kita selanjutnya dalam membentuk kepedulian sosial dan lingkungan sekitar.
Source Pic: http://www.deseretnews.com/images/article/midres/220390/220390.jpg