Malnutrisi: Kasus Kronis yang Dapat Dicegah dengan Pengoptimalan Posyandu

September 13, 2018
Oleh : 3PP Kitabisa

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks, double burden masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi berlebih. Hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2013 menunjukkan fakta memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%.

Malnutrisi atau yang lebih dikenal sebagai kelainan gizi (baik gizi kurang atau berlebih) adalah suatu keadaan kronis kesehatan sebagai akibat dari akumulasi jangka panjang tumbuhkembang anak yang abnormal. Keadaan abnormal ini sebenarnya dapat dideteksi dengan sangat mudah salah satunya dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) melalui pemanfaatan Posyandu di masyarakat.

Malnutrisi: Lingkaran Setan Masalah Gizi di Indonesia

anak yatim penerima zakat

Malnutrisi adalah sebuah kondisi kronis yang penyebabnya sudah berlangsung lama yaitu sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Status gizi merupakan prediktor kualitas sumber daya manusia dimana penanganan yang tepat pada awal kehidupan anak akan menentukan kualitas hidup mereka di kemudian hari. Lebih jauh dari hal itu, jangan lupakan masalah anemia yang menjangkit pada remaja putri di Indonesia dimana remaja putri adalah calon ibu di masa mendatang.

Anemia pada ibu hamil berisiko terhadap terhambatnya pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan pada saat persalinan dan dapat berlanjut setelah persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya (WHO, 2011). Berdasarkan data Kemkes RI tahun 2013 sekitar 32% kematian ibu disebabkan karena perdarahan. Pencegahan terhadap anemia ini dapat dilakukan sejak remaja, yaitu melalui pemberian tablet tambah darah yang jumlahnya akan bertambah apabila hamil.

Anemia gizi besi sebenarnya tidak akan terjadi bila asupan makan sehari-hari mengandung cukup zat besi, terutama pangan hewani yang kaya akan zat besi, seperti hati, ikan, dan daging. Yang menjadi masalah kemudian adalah keterjangkauan bahan pangan hewani oleh masyarakat karena harganya yang relatif mahal. Data menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan hewani oleh masyarakat Indonesia baru mencapai 62,1% dari angka kecukupan gizi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan masalah kesehatan yang kompleks yang berasal dari banyak faktor dan telah berlangsung lama bahkan sejak bayi masih berada di dalam kandungan. Masalah gizi seperti fenomena gunung es, dimana apa yang terlihat di permukaan baru sebagian kecil daripada apa yang ada di bawah permukaan.

Posyandu sebagai Skrinning Tumbuh Kembang Balita

penyakit hirschsprung

Posyandu atau Pos pelayanan terpadu adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). Posyandu memiliki 5 kegiatan utama yaitu; Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Imunisasi, Gizi, Pencegahan dan Penanggulangan Diare. Posyandu diharapkan dapat mempercepat upaya perbaikan status gizi dalam menurunkan angka kematian balita serta prevalensi gizi kurang dan gizi buruk.

Posyandu bagi balita melaksanakan 5 langkah yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan, pelayanan kesehatan, dan edukasi. Pemberdayaan masyarakat sebagai kader diharapkan mampu menggerakkan masyarakat di sekitarnya untuk sadar diri melakukan skrinning tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu hamil.

Status gizi balita dapat dipantau melalui posyandu. Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala menjadi skrinning tumbuh kembang balita. Pencatatan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) juga memudahkan untuk mengontrol tumbuh kembang anak pada kondisi yang ideal.

“Anak saya sudah dapat imunisasi lengkap, jadi tidak perlu datang ke Posyandu lagi.” Begitu kira-kira keterangan yang diperoleh dari warga ketika ditanyai mengenai alasannya tidak lagi membawa anaknya ke Posyandu.

Lagi-lagi, perlu dilakukan advokasi bottom-up level untuk memberikan pengertian bahwa Posyandu adalah UKBM yang pelaksanaannya dari dan untuk masyarakat dengan mengajak kerjasama nakes dari FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) seperti bidan desa. Posyandu memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Misalnya bagi anak yang memiliki berat badan di bawah garis merah (lihat di buku KMS) akan dilakukan pendampingan asuhan gizi keluarga oleh tenaga kesehatan dan pemberian makanan tambahan. Selain itu imunisasi juga diberikan untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak.

Anggapan yang selama ini tumbuh menyebar di masyarakat bahwa Posyandu adalah tanggung jawab dan dibebankan hanya kepada Puskesmas dan tenaga kesehatannya. Hal ini menyebabkan angka partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu masih sering di bawah harapan. Oleh karenanya, peran serta dan dukungan dari pemangku kepentingan di daerah seperti kepala desa, bidan desa, juga kader diharapkan mampu memberikan pengertian kepada warganya mengenai keberadaan Posyandu sebagai aset masyarakat. (Fitriana Puspitarani, SKM/ Pencerah Nusantara VI Muara Enim).

 


Seperti Alyssa, kamu juga bisa menolong keluarga, sahabat, atau tetanggamu yang sedang butuh bantuan biaya pengobatan dengan cara galang dana di Kitabisa. Melalui galang dana di Kitabisa, kamu bisa menerima donasi dari keluarga, sahabat, dan para donatur yang tergerak membantu.

Kamu bisa konsultasi galang dana untuk biaya pengobatan dengan cara, klik : ktbs.in/tanya atau kirim pesan WhatsApp ke nomor 081315532353.

Bagikan