Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Pada tahun 2006, WHO menyatakan bahwa kanker leher rahim merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita perempuan di seluruh dunia. Penelitian WHO menyebutkan terdapat lebih dari 500.000 kasus baru dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Kasus kejadian ini masih akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah populasi.
50% kasus baru kanker serviks terjadi pada perempuan yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan dini seperti pap smear atau IVA. Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang menjadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan mampu melindungi kesehatan reproduksinya.
Apa Itu Kanker Rahim?
Kanker rahim atau biasa dikenal dengan kanker serviks yang terjadi pada daerah mulut rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina). Serviks terletak pada bagian posisi terendah dari rahim wanita. Sebagian besar rahim terletak di panggul, tapi bagian dari serviks terletak di vagina, di mana serviks merupakan penghubung rahim dengan vagina.
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel dari leher rahim mengalami pertumbuhan yang mengarah pada pertumbuhan secara tidak normal dan menginvasi jaringan lain atau organ-organ tubuh. Seperti semua kanker pada umumnya, kanker leher rahim jauh lebih mungkin untuk disembuhkan jika dideteksi dini dan segera diobati.
Penyebab dan Faktor Resiko Meningkatnya Perkembangan Kanker Rahim
Penyebab kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah Human Papiloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Perempuan biasanya terinfeksi HPV saat usia belasan tahun sampai tiga puluhan, tetapi kanker akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Angka kejadian penyakit ini rendah pada wanita berumur dibawah 25 tahun, namun insidensi meningkat pada wanita berumur 35 sampai 40 tahun dan mencapai titik maksimum pada usia 50an.
Para ahli menganalisis bahwa pemicu timbul dan berkembangnya kanker serviks adalah sebagai berikut:
- Bagian serviks terserang infeksi jamur atau bakteri dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya terjadi kerusakan sel sehingga sangat besar kemungkinan sel kanker akan tumbuh meskipun wanita tersebut tidak memiliki riwayat penyakit kanker serviks.
- Para wanita yang pernah atau sering melakukan aktivitas seksual di usia kurang dari 20 tahun.
- Wanita yang sering berganti-ganti pasangan.
- Mereka yang memiliki riwayat penyakit menular seks, terutama virus human papilloma virus (HPV) yang merupakan virus penyebab kanker serviks.
- Wanita perokok berat.
- Perempuan atau wanita yang terlalu banyak melahirkan anak.
Kenali Gejala Kanker Rahim
Tidak seperti jenis kanker lainnya yang memunculkan gejala fisik, gejala kanker serviks umumnya tidak terlihat namun dapat dirasakan oleh penderita. Gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita antara lain:
- Keluarnya cairan encer dari vagina yang biasa disebut keputihan. Bahkan pada kanker serviks stadium lanjut cairan tersebut berwarna kuning kemerahan dengan bau yang sangat menyengat.
- Sering timbul rasa gatal yang berlebihan di bagian dalam vagina. Untuk beberapa kasus bahkan ditemukan koreng di bagian dalam vagina.
- Timbul rasa nyeri di bagian bawah perut.
- Sering terjadi pendarahan setelah melakukan aktivitas seksual.
- Timbul pendarahan setelah memasuki masa menopause.
Kasus Kanker Serviks di Indonesia
Pada tahun 2005, sekitar 50 dari 100.000 perempuan Indonesia mengidap penyakit kanker serviks. Dengan perbandingan tersebut, dapat diperkirakan saat ini terdapat 32.500 wanita Indonesia yang menderita penyakit mematikan tersebut. Kasus kanker serviks di Indonesia salah satunya diderita oleh Tante Lily yang didagnosa mengidap penyakit ini sejak tahun 2018.
Pada bulan Februari tahun 2018, keluarga pertama kali kami mengetahui Tante Lily menderita kanker serviks stadium 3B dan membawanya ke Island Hospital Penang untuk menjalani prosedur pengobatan kanker. Setelah beberapa kali menjalani pengobatan radiasi dan kemoterapi, Tante Lily kembali ke Penang untuk menjalani PET Scan dan ternyata dokter mendapati bahwa sel kankernya telah menyebar ke kandung kemih. Singkat cerita, Tante Lily kembali melanjutkan pengobatan di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta. Kondisi Tante Lily menjadi drop dan harus menjalani cuci darah dan kemoterapi lagi, bahkan sempat dalam masa kritis selama beberapa hari. Saat ini kondisi Tante Lily sudah lebih stabil dan siap melanjutkan perjuangan untuk melawan kanker serviks.
Ditulis Oleh: Shelia Lauvita
Selain Lily, masih banyak lagi pejuang kanker yang butuh bantuan. Kamu dapat berbagi kasih dan memberikan dukungan kepada penderita kanker yang sedang berjuang dengan cara berdonasi melalui Kitabisa. Bantuan dari kamu akan sangat berarti dan membantu mereka yang membutuhkan loh! Yuk donasi sekarang!