Kebaikan bisa dilakukan oleh siapa saja dan dengan berbagai cara. Seperti Nuy yang menyebarkan kebaikan dengan caranya sendiri dan tak pernah berhenti untuk berbagi.
Nuy adalah mahasiswi di salah satu institut pendidikan di Bandung. Datang dari Garut, Nuy tidak hanya sekadar menempuh belajar, tetapi juga mengikuti berbagai kegiatan yang bermanfaat dan dapat membantu orang lain. Nuy diketahui sering membantu sesama yang membutuhkan, meskipun itu harus mengorbankan dirinya sendiri.
Selama berkuliah di Bandung, Nuy tidak hanya belajar bidang akademik, tapi juga hal-hal lainnya. Ia cukup sering bolak balik Garut-Bandung untuk sekadar meminjam buku-buku di perpustakaan. Selain itu, Nuy juga kerap mengikuti kegiatan mabit di masjid dan aktif di berbagai kegiatan pengabdian masyarakat. Beberapa kegiatan pengabdian yang dia ikuti antara lain Grebek (Gerakan Relawan Berbagi Anak Yatim) di Garut, Komintas Kesundaan bersama mahasiswa Sastra Sunda UNPAD, dan masih banyak lagi.
Semangat Berbagi Nuy
Sejak awal, Nuy selalu rutin berbuat kebaikan. Meski hidup dengan sederhana, ia berusaha untuk terus berbagi setiap harinya. Ayah Nuy adalah seorang tukang bengkel, sementara ibunya berjualan di warung kecil-kecilan yang ada di rumahnya. Untuk membantu orang tuanya, Nuy berkuliah sambil berjualan manset. Dari penghasilannya sebesar 100-200 ribu, Nuy menyisihkan untuk membayar kuliah dan bersedekah. Walaupun pendapatannya tidak seberapa, Nuy selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluh. Sebisa mungkin ia berbagi dengan mereka yang membutuhkan dari uang tersebut. Menurut Nuy, Allah selama ini telah berbuat baik kepadanya. Salah satu cara untuk Nuy membalas kebaikan Allah adalah dengan membantu yang lain.
Allah cukupkan aku selama ini biar aku bisa mencukupkan yang lain. Allah Sekolahin aku biar aku bisa sekolahin yang lain.” – Cerita Nuy
https://www.instagram.com/p/B5uFuEgBqNP/?utm_source=ig_web_copy_link
Pertemuan Nuy dengan Kartini
Semangat Nuy untuk terus berbuat kebaikan kepada mereka yang membutuhkan bisa dirasakan oleh Kartini F. Asuti. Kartini mengetahui bahwa Nuy sering berbagi di halaman galang dananya yang dibuat di Kitabisa. Tak hanya sekali dua kali, Nuy berdonasi dengan intensitas yang cukup rutin.
Beberapa waktu kemudian, Nuy secara tak sengaja berkenalan dan bertemu dengan Kartini. Malam itu, Nuy meminta izin untuk menginap di sebuah rumah, yang ternyata adalah rumah Kartini. Tepat jam 10 malam, Nuy dibolehkan untuk bermalam di tempat Kartini. Sebelum pertemuan ini, Nuy dan Kartini sempat berkenalan di media sosial. Mereka juga membicarakan berbagai hal, salah satunya bertukar informasi tentang kegiatan berbagi.
Semakin lama mengenal, Kartini tahu bahwa Nuy adalah orang yang sangat baik. Menurut teman Kartini, Nuy bukan seorang mahasiswi biasa. Di sebuah acara charity bulan Maret 2019, Nuy adalah satu-satunya peserta yang mengangkat tangan ketika narasumber bertanya, “Ada yang sanggup sedekah Rp 1,5 juta untuk Palestina?”. Ketika diberi kesempatan untuk berbicara, Nuy mengatakan “Apa boleh diangsur (sedekahnya)?”. Setelah itu, banyak orang yang mengikuti Nuy untuk mengangsur sedekah mereka ke Palestina.
Baca juga:
Dr. Lie, Pendiri Rumah Saikt Apung untuk Kesehatan Masyarakat Pelosok
Dedikasi Kapten Budi, Dirikan Panti Asuhan Bagi Anak Terlantar
Pengorbanan Nuy untuk Neneknya yang Sakit
Lama tak terdengar kabar, Nuy ternyata sedang kesulitan dan membutuhkan bantuan. Nuy meminta bantuan Kartini untuk membeli atau bantu menjualkan tas miliknya. Tas itu selalu menemani aktivitas Nuy. Awalnya, Nuy sempat ragu apakah tasnya akan laku terjual karena sudah bekas. Setelah mendengar alasan mengapa Nuy menjual tasnya, Kartini memutuskan untuk membelinya.
Nuy menjual tas tersebut karena Nek Imas, neneknya, sedang sakit struk. Ia tidak bisa bicara dan badannya kaku. Karena tidak ada biaya, Nek Imas tidak pernah diperiksa di rumah sakit. Ia hanya sempat dibawa ke puskesmas keliling dan mantri. Karena penyakitnya, Nek Imas kesulitan untuk bergerak dan membutuhkan popok. Nuy ingin membantu, tetapi ia tidak memiliki cukup uang. Maka dari itu, Nuy berinisiatif menjual tasnya agar bisa membelikan sang nenek popok.
Kini, Nek Imas dirawat oleh bibi Nuy. Setiap hari sepulang kuliah, Nuy menyempatkan untuk menjenguk neneknya. Setiap hari ia mengunjungi neneknya kecuali hari Minggu, karena hari itu ia gunakan untuk mengabdi pada masyarakat di Bandung.
Bantuan untuk Kebaikan Hati Nuy
Kebaikan hati Nuy untuk terus berbagi dan membantu sesama menginspirasi orang-orang di sekitarnya, termasuk Kartini. Kartini menyebut Nuy sebagai pahlawan kecil karena semangatnya berbuat kebaikan. Bersama beberapa temannya dari Yayasan Insan Priangan berencana untuk mengunjungi Nuy di Garut untuk memberikan sebuah “kado kebahagiaan”. Hadiah itu berasal dari para OrangBaik yang telah berdonasi untuk galang dana Nuy di Kitabisa. Kartini membuat galang dana ini untuk membantu Nuy dan keluarga agar dapat hidup lebih nyaman. Seluruh donasi nantinya akan diserahkan pada Nuy sebagai bentuk santunan untuk keluarganya.
Kamu bisa ikut sebarkan kebaikan untuk Nuy dengan cara donasi di Kitabisa. Klik gambar di bawah ini.