Tumbuh tanpa kasih sayang orang tua membuat Pak Paulus Wiratno tergerak untuk mendedikasikan hidupnya untuk anak terlantar. Ia ingin anak-anak bisa tumbuh dengan perhatian dan kasih sayang orang tua. Bersama istrinya, Pak Paulus merawat dan mendidik anak-anak yatim piatu dengan membangun panti asuhan.
Tergeraknya Hati Pak Paulus untuk Bantu Anak Terlantar
Saat kecil, Pak Paulus hidup dengan serba kekurangan. Tak hanya keadaan ekonomi yang sulit, di usia 6 tahun ia harus melihat kedua orangtuanya yang berpisah. Sejak saat itu, ia berpindah-pindah tempat tinggal bersama ayah tiri, neneknya, bahkan menumpang tinggal di rumah tetangga. Pak Paulus ingin pengalaman buruk yang pernah ia rasakan tidak terulang pada anak lain.
Pak Paulus adalah saksi kerusuhan yang terjadi di Ambon beberapa tahun lalu. Setelah dua tahun ia tinggal di sana, terjadi kerusuhan yang menyebabkan banyak anak terpisah dengan orangtuanya. Anak-anak juga mengalami trauma mendalam akibat kerusuhan yang terjadi. Saat itu, untuk mendapatkan makanan anak-anak harus mengantri sangat panjang dan tanpa piring. Mereka tidak bisa bersekolah dan terpaksa tidur di lantai. Melihat kondisi itu, hati Pak Paulus tergerak untuk menolong mereka meskipun tidak banyak hal yang bisa dilakukan. Sama-sama menjadi pengungsi di kerusuhan Ambon, Pak Paulus merasa senasib dengan mereka.
Tak lama setelah kejadian di Ambon, Pak Paulus pindah ke Bali. Di sana, ia prihatin dengan kondisi anak-anak yatim yang tinggal di tempat seadanya dan tanpa mendapat kasih sayang orang tua. Bersama istrinya, Pak Paulus kemudian memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak terlantar.
Pak Paulus Mendirikan Yayasan Mercy Indonesia
Pengalaman masa kecil Pak Paulus, serta kejadian yang menimpa anak-anak di Ambon membuat Pak Paulus ingin melakukan hal yang lebih besar. Ia banyak bertemu dan melihat anak-anak yatim dengan kondisi yang memprihatinkan. Ia kemudian menampung dan menyelamatkan bayi-bayi yang terlantar dari berbagai peristiwa, mulai dari bayi yang ditinggal di rumah sakit, bayi yang ditaruh dan ditinggal dalam kardus, hingga bayi yang dibuang di pinggir jalan.
Tidak lama setelah perang Timor-Timur berakhir di tahun 1999, Pak Paulus mengunjungi daerah tersebut dan Atambua. Kondisi anak-anak di pengungsian sangat memprihatinkan, terlantar dan kekurangan makanan. Hal inilah yang melatarbelakangi Pak Paulus mendirikan Yayasan Mercy Indonesia.
Yayasan Mercy Indonesia yang pertama dibangun di Atambua. Hingga kini, Yayasan Mercy Indonesia yang didirikan oleh Pak Paulus telah memiliki 12 panti asuhan, dan 3 pusat pelatihan anak-anak di seluruh Indonesia. Selain merawat dan memberikan tempat tinggal bagi anak terlantar atau yatim piatu, Mercy Indonesia juga memberikan pelayanan pendidikan dan kerohanian, serta memperhatikan pertumbuhan fisik serta emosional anak-anak asuh.
Ketulusan Pak Paulus dalam Berbuat Kebaikan
Pak Paulus ingin terus sebarkan kebaikan dengan membantu anak-anak terlantar. Tak hanya terbatas di daerah berdirinya panti asuhan, Pak Paulus juga ingin bantu anak-anak lainnya yang juga membutuhkan bantuan.
Kini, Pak Paulus ingin menolong anak-anak di Desa Poguwatu, Pedalaman Sumba Tengah. Daerah ini dikenal sebagai “Kampung Kusta” karena sulitnya mendapatkan air bersih. Lokasi Desa yang sangat jauh membuat warga tidak mempunyai sumber air bersih. Pak Andreas, tokoh Kampung Poguwatu, mengatakan bahwa untuk mendapatkan air bersih, warga harus berjalan menuruni lembah sejauh 8 km. Jika musim kemarau tiba, mereka harus mengambil air dengan ojek motor sejauh 10 km dan biaya ojek yang sangat tinggi.
Banyak warga yang menderita penyakit kusta akibat sulitnya air bersih. Sekitar 48 KK tercatat menderita kusta di Desa Poguwatu. Penghasilan warga sebagai petani dan buruh potong batu tidak cukup jika harus terus menerus mengambil air di tempat yang jauh. Mereka lebih memilih menggunakan uang tersebut untuk membeli makan atau mengobati penyakitnya.
Mengetahui kondisi tersebut, Pak Paulus ingin membantu para warga. Lewat galang dananya di Kitabisa, Pak Paulus mengajak para OrangBaik untuk membangun Desa Poguwatu terbebas dari penyakit kusta dan memiliki sumber air bersih. Selain itu, donasi yang terkumpul juga akan digunakan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di sana.
Kamu bisa ikut berbagi air bersih dan berikan pendidikan layak bagi warga Desa Poguwatu bersama Pak Paulus dengan cara donasi di Kitabisa. Yuk, beri kehidupan yang layak bagi mereka.