Sering mengalami gejala-gejala tak wajar seperti sakit perut, diare akut, feses berdarah, dan gangguan BAB lainnya? Hati-hati, besar kemungkinan terjadi gangguan pada kolon (usus besar) dan anus/rektum kamu.
Apa Itu Kolonoskopi?
Untuk mendeteksi gejala, dokter umumnya akan melakukan prosedur kolonoskopi, yaitu pemeriksaan bagian dalam usus besar dengan menggunakan alat bernama kolonoskop atau teropong usus. Selain kolonoskop, ada juga sigmoidoskop. Ukurannya lebih pendek dan hanya dipakai untuk mengecek gangguan pada bagian bawah kolon.
Alat kolonoskop ini berukuran panjang, tipis, dan lentur serta dilengkapi kamera video mini yang terhubung ke layar TV untuk mengetahui secara jelas kondisi di dalam usus besar. Dengan pemeriksaan ini dokter dapat mengetahui penyebab timbulnya gejala-gejala yang dirasakan pasien.
Umumnya, kolonoskopi adalah pemeriksaan lanjutan setelah sebelumnya pasien sudah menjalani rontgen atau CT scan. Tak hanya mendeteksi gejala, kolonoskop juga dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kanker usus atau polip usus besar yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal di dinding kolon.
Baca juga:
Apa yang Dimaksud dengan Kolonoskopi?
4 Jenis Pengobatan Kanker Usus yang Bisa Diterapkan
Kapan Seseorang Harus Menjalani Kolonoskopi?
Seseorang yang sudah merasakan gejala-gejala tak beres pada sistem pencernaan sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dokter biasanya akan langsung merujuk kamu ke spesialis pencernaan jika mendapati tanda yang tidak lazim, tergantung sifat dan tingkat keparahan yang dirasakan.
Nah, pemeriksaan kolonoskopi ini dilakukan pada gangguan saluran cerna tingkat sedang sampai parah. Makin parah kondisinya, makin sering pasien harus menjalani prosedur kolonoskopi. Orang dengan riwayat keluarga menderita kanker usus atau polip usus besar juga disarankan melakukan peneropongan kolonoskopi ini.
Persiapan Sebelum Pemeriksaan Kolonoskopi
Untuk mendapatkan hasil yang jelas dan akurat, pemeriksaan kolonoskopi perlu dilakukan ketika usus masih dalam keadaan kosong. Karenanya, perlu dipastikan bahwa usus sudah bersih dari kotoran/feses yang dapat menutupi kolonoskop. Biasanya dokter akan menyarankan pasien untuk:
- Minum obat pencahar pada malam dan pagi hari sebelum pemeriksaan.
- Menjalani diet khusus dengan menghindari makanan padat dan hanya mengonsumsi air putih.
- Berpuasa tengah malam di hari pelaksanaan kolonoskopi.
Saat menjalani prosedur ini, pastikan pasien ditemani pendamping, sebab pengaruh anestesi atau obat penenang setelah tindakan dianggap tidak cukup aman bagi seseorang untuk berjalan atau bahkan berkendara seorang diri.
Baca juga:
Apakah Kemoterapi Bisa Menyembuhkan Semua Jenis Kanker?
Efek Kemoterapi, Ini yang Terjadi pada Tubuh Pasien
Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Kolonoskopi?
Prosedur kolonoskopi dimulai dengan menyuntikkan obat bius melalui pembuluh darah. Anestesi ini akan membuat pasien lebih tenang dan kadang-kadang mengantuk. Selanjutnya, pasien dibaringkan menyamping dengan lutut ditekuk ke arah dada.
Berikutnya alat kolonoskopi dimasukkan ke dubur sampai usus besar dengan bantuan udara agar usus terlihat lebih jelas. Pasien mungkin akan merasakan kram pada perut yang bisa diatasi dengan mengatur pernapasan. Selama pemeriksaan, dokter juga akan melakukan pengambilan sampel jaringan (biopsi).
Pemeriksaan kolonoskopi ini berlangsung selama 30 menit sampai 1 jam. Setelahnya, pasien tidak boleh langsung meninggalkan rumah sakit, setidaknya 1-2 jam untuk mengurangi pengaruh anestesi. Nah, dalam beberapa hari ke depan, hasil pemeriksaan sudah bisa diketahui.
Meski merupakan tindakan yang aman dan sangat jarang menimbulkan komplikasi, pada sebagian kasus kolonoskopi juga bisa menyebabkan alergi obat bius, robeknya dinding usus besar, serta kram hebat pada perut.
Kamu bisa bantu mereka yang sedang berjuang melawan penyakitnya dengan berdonasi di Kitabisa. Klik gambar di bawah ini untuk donasi.