Begini Cara Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan

February 26, 2020
Oleh : Kitabisa

Jelang bulan Ramadhan, biasanya umat Islam disibukkan dengan penantian penetapan 1 Ramadhan oleh pemerintah. Pengumuman penetapan masuknya bulan Ramadhan menjadi awal pelaksanaan ibadah puasa, sehingga umat Islam bisa melakukan persiapan untuk berpuasa esok hari. 

Meski demikian, kerap terjadi perbedaan pendapat terkait masuknya awal Ramadhan. Nah, mengapa bisa demikian? Yuk, kita simak bagaimana proses penetapan 1 Ramadhan, agar kamu bisa memahami mengapa bisa terjadi perdebatan masalah ini di masyarakat. 

 

Metode Penetapan 1 Ramadhan 

Penetapan 1 Ramadhan dilakukan oleh pemerintah melalui sidang Isbat oleh Kementerian Agama, LAPAN, BMKG, dan beberapa pihak terkait. Pemantauan hilal menjadi bagian terpenting dalam sidang Isbat ini. Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang menjadi tanda permulaan bulan dalam kalender Islam. 

BMKG akan mendapatkan data dari hasil pengamatan berupa ketinggian Hilal, elongasi atau sudut antara bulan dan matahari, serta Lag di Indonesia. Data ini kemudian akan menjadi bahan diskusi dalam sidang Isbat untuk penetapan 1 Ramadhan.

 

Hubungan antara Hisab, Rukyat, dan Isbat

hubungan isbat dan rukyat

Seperti yang dinyatakan di atas, Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang menjadi pertanda permulaan bulan dalam kalender Islam. Dengan demikian, hilal merupakan salah satu fase bulan seperti halnya gerhana bulan atau bulan purnama. Selain diamati secara langsung, Hilal juga dapat dihitung dan diperkirakan memakai metode astronomi. Apalagi kini perhitungan posisi Hilal dengan bantuan ilmu astronomi sudah sedemikian akurat. 

Lalu, jika posisi bulan sudah bisa diketahui melalui penghitungan astronomi, buat apa dilakukan sidang Isbat?

Hubungan antara hisab (perhitungan astronomis), rukyat (metode yang menetapkan awal puasa dengan mengamati penampakan bulan sabit), dan sidang Isbat akan lebih mudah dipahami dengan penjelasan berikut: 

  • Hisab menghasilkan angka-angka yang dapat dipakai sebagai sarana menentukan awal bulan dengan didukung oleh kriteria Rukyat. 
  • Rukyat menambahkan kriteria-kriteria tertentu sehingga hasil hisab dapat sesuai dan diperhitungkan secara tepat. 
  • Hasil Rukyat ini juga perlu ditetapkan dan diakui secara benar oleh otoritas terkait, yaitu melalui sidang Isbat yang melibatkan berbagai pihak.

Intinya, hisab atau perhitungan astronomis menjadi data awal untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Setelahnya, perhitungan tersebut perlu dibuktikan kembali dengan Rukyat atau pengamatan.

Metode-metode yang Digunakan Setiap Instansi

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menggunakan ketiga unsur ini untuk memaparkan hasil pengamatannya saat penetapan 1 Ramadhan. Sementara BMKG menetapkan 1 Ramadhan melalui hasil pengamatan posisi bulan yang harus memenuhi kriteria yang diharapkan tersebut.

Sebagian umat muslim berpendapat bahwa metode hisab saja sudah cukup, sedangkan sebagian lainnya lebih mantap jika 1 Ramadhan ditetapkan dengan metode rukyat. Meski kerap terdapat perbedaan pendapat, pada akhirnya umat Islam selalu melaksanakan ibadah puasa dengan lancar. Awal puasa boleh berbeda, namun hakikat puasa tetaplah sama.

Nah, itulah penjelasan tentang penetapan 1 Ramadhan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini. Jadi, pemerintah dalam hal ini Departemen Agama tidak melakukannya sendiri, melainkan bekerja sama dengan beberapa instansi dan pihak terkait.


Sempurnakan ibadah di bulan Ramadhan dengan cara berbagi kebaikan melalui Kitabisa. Sedekah dan zakat di Kitabisa dengan klik gambar di bawah inibanner_donasi_sedekah

Bagikan