“Kemenkes mencatat ada 57.056 kasus terduga campak dan rubella yang dilaporkan. Sebanyak 8.964 positif campak dan 5.737 positif rubella (data dari Kemenkes hingga Juli 2018). Jalan terbaik untuk pencegahan menyebarnya virus campak dan rubella adalah dengan memberikan vaksin MR.”
Imunisasi menjadi hal yang penting diberikan pada bayi setelah lahir untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Prosesnya dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh di usia-usia tertentu. Sayangnya, masih banyak orangtua yang ragu untuk melakukan imunisasi, karena takut anaknya sakit setelah imunisasi.
Nah, untuk menjawab keraguan orangtua soal imunisasi, Kitabisa mengadakan tanya jawab dengan Dokter Arifianto SpA. Dokter spesialis anak yang lebih dikenal dengan sapaan Dokter Apin ini memang terkenal sering mengampanyekan pentingnya imunisasi bagi anak-anak. Tak hanya itu, Dokter Apin juga sering melakukan galang dana untuk membantu pasiennya.
Simak ulasan lengkap soal imunisasi bersama Dokter Apin di artikel ini.
Waktu yang Tepat untuk Imunisasi
Tingginya angka kematian bayi karena penyakit tertentu menjadi alasan mengapa imunisasi banyak dilakukan pada bayi dan balita. Beberapa vaksin memang lebih efektif diberikan di usia bayi, untuk memberikan kekebalan tubuh yang baik bagi si kecil.
Jadwal imunisasi juga dirancang untuk menjaga si kecil dari penyakit sejak masa paling rentan. Lantas, bagaimana jika si kecil tertinggal imunisasi?
Dokter Apin menjelaskan, jika hal itu terjadi, maka anak bisa mengejar imunisasi yang tertinggal dan sifatnya wajib. Misalnya, anak usia 2 bulan seharusnya mendapat vaksin DPT, tapi terlewat sampai usia 6 bulan, maka anak tetap harus melakukan imunisasi susulan.
Akan tetapi, ada beberapa vaksin yang memiliki batas usia. Seperti, vaksin Rotavirus yang hanya bermanfaat di usia 3 bulan atau vaksin Pneumokokus dan HIB yang memiliki batas waktu maksimal anak usia 5 tahun.
Beberapa orangtua juga khawatir untuk memberikan imunisasi saat si kecil sakit. Dokter Apin menyarankan, jika penyakit si kecil ringan seperti batuk pilek, demam ringan, atau batuk tanpa sesak napas, imunisasi tetap bisa dilakukan. Namun, jika si kecil demam tinggi atau sesak napas, sebaiknya imunisasi ditunda dulu sampai si kecil kembali sehat.
Pada dasarnya, imunisasi dasar dilakukan sampai usia 1 tahun. Imunisasi ini menghasilkan kekebalan yang tidak berlangsung lama, sehingga harus ditambah imunisasi ulangan atau booster yang dimulai di usia 18 bulan. Imunisasi ulangan ini bermanfaat untuk menambah kekebalan tubuh si kecil sampai usia rawan terkena penyakit tersebut lewat.
Efek Samping Imunisasi
Beberapa orangtua merasa takut melakukan imunisasi pada si kecil karena efek sampingnya atau yang biasa kita kenal dengan “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)”. Efeknya berupa demam atau muncul bekas suntikan. Ini hal yang wajar terjadi menurut Dokter Apin sehingga orangtua sebaiknya tidak perlu khawatir.
Orangtua juga bisa memberikan obat penurun panas dengan catatan si kecil memang demam setelah diimunisasi. Jadi tidak dibenarkan ya, untuk memberikan obat penurun panas sebelum imunisasi atau saat panas tubuh anak normal setelah imunisasi. Ini bisa mengurangi kekebalan dan respon tubuh si kecil terhadap vaksin.
Pentingnya Vaksin MR
Vaksin MR alias vaksin Campak Rubella termasuk salah satu vaksin yang penting diberikan saat si kecil berusia 9 bulan dan diulang di usia 18 bulan. Sayangnya, isu boleh tidaknya vaksin ini membuat banyak orangtua menjadi ragu. Maka, MUI bekerja sama dengan LPPOM melakukan pengkajian terhadap produk vaksin MR. Hasilnya, keluarlah Fatwa No. 33 Tahun 2018 yang pada intinya vaksin MR diperbolehkan karena kondisinya darurat syar’iyyah secara hukum Islam.
Vaksin ini sudah teruji di lebih dari 100 negara untuk mengeliminasi campak dan rubella yang berbahaya bagi anak-anak maupun ibu hamil. Proses pembuatannya pun sudah teruji klinis dengan melewati 3 tahap uji sehingga layak dipasarkan. Indonesia memiliki target untuk bebas campak dan rubella di tahun 2020. Jangan khawatir, vaksin MR ini masuk dalam program pemerintah dan gratis.
Vaksin MR bisa diberikan sampai anak usia 15 tahun. Sementara untuk orang dewasa, bisa diberikan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk mencegah campak, gondongan dan rubella. Vaksin MMR bisa dilakukan kapan saja dan akan memberikan kekebalan seumur hidup jika diberikan 2 kali (dengan jeda 1 bulan). Namun saat ini, vaksin MMR belum tersedia di Indonesia. Bocoran dari Dokter Apin nih, vaksin MMR akan kembali masuk di Indonesia pada Januari 2019.
Pencegahan untuk Ibu Hamil
Ibu hamil menjadi sangat rentan untuk tertular jika di lingkungan tempat tinggalnya ada anak yang terkena virus campak dan rubella. Dokter Apin memberikan beberapa saran untuk pencegahan, seperti dengan melakukan imunisasi MMR pada 3 bulan sebelum merencanakan kehamilan. Namun, jika belum sempat melakukan imunisasi MMR, ibu hamil harus memastikan anak-anak di lingkungannya sudah melakukan imunisasi MR.
Selain itu, ibu hamil juga bisa menggunakan masker dan rajin cuci tangan dengan sabun atau antiseptic hand rub saat datang ke rumah sakit/puskesmas. Khawatirnya, ada anak-anak lain yang terkena rubella di tempat-tempat tersebut. Pencegahan lain juga bisa dilakukan dengan selalu mengajarkan anak untuk cuci tangan ya.
Mengenal Penyakit Rubella
Penyakit Rubella atau campak Jerman bisa timbul jika si kecil tidak melakukan vaksin MR. Di Indonesia, angka kasus campak dan rubella ini masih tergolong tinggi dalam 5 tahun terakhir. Data dari Kementerian Kesehatan, hingga Juli 2018, ada 57.056 kasus terduga campak dan rubella, dengan 8.964 positif campak dan 5.737 positif rubella.
Anak yang terkena rubella biasanya menunjukkan gejala awal seperti demam selama 1 sampai 7 hari dan muncul ruam-ruam merah di seluruh tubuh. Akan tetapi, ada juga penderita rubella yang sama sekali tidak menunjukkan gejala ini, seperti pada ibu hamil.
Begitu anak terinfeksi, virus rubella akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5 hari sampai 1 minggu. Potensi tertinggi penderita untuk menularkan rubella biasanya terjadi pada hari pertama sampai hari kelima setelah ruam muncul.
Virus ini akan menjadi bahaya saat menyerang ibu hamil di trimester pertama kehamilan. Selaina bisa menyebabkan kematian janin atau keguguran, bayi yang lahir berpotensi terkena sindrom rubella kongenital dan cacat seumur hidup, seperti tuli, katarak, penyakit jantung bawaan, penurunan tumbuh kembang, dan sebagainya.
Catatan dari Dokter Apin, anak yang lahir dengan sindrom rubella kongenital ini TETAP HARUS melakukan imunisasi MR. Memang anak ini ada kemungkinan memiliki kekebalan tubuh bawaan (terhadap virus campak dan rubella) dari ibunya, namun belum tentu bertahan lama. Pada usia tertentu, anak bisa terserang kembali virus campak dan rubella yang bisa menyebabkan komplikasi campak hingga meninggal. Tak hanya itu, anak dengan sindrom rubella kongenital yang terserang virus campak rubella dikhawatirkan akan kembali menularkan pada ibu hamil di sekitarnya.
Oleh karena itu, Dokter Apin sangat mengimbau kepada para orangtua untuk segera memberikan imunisasi/vaksin kepada si kecil. Jika masih ragu, orangtua bisa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter untuk lebih mengetahui tentang vaksin. Motto Dokter Apin, anak adalah asset masa depan bangsa, maka kita sebagai orangtua harus memastikan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, salah satunya dengan imunisasi.
Kamu juga bisa bantu biaya pengobatan mereka yang sedang berjuang dengan rubella atau penyakit lainnya. Caranya, kamu bisa kunjungi Kitabisa.com lalu pilih campaign yang ingin kamu donasikan di sini. Bantuan dari kamu tentunya akan sangat berarti dan membantu secara tepat.