Cegah Penyakit Menular Seksual dengan Cara Ini!

November 17, 2018
Oleh : Nova Zakiya

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 357 juta penyakit menular seksual baru setiap tahunnya. Salah satu penyakit menular seksual paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker serviks yang  menempati nomor dua dalam jumlah tertinggi di dunia,”

Pendidikan seksual biasanya membahas tentang organ kesehatan reproduksi, batasan perilaku seksual dengan salah satu tujuannya untuk menghindari infeksi menular seksual (IMS). Sayangnya, memberikan pendidikan seksual, khususnya pada anak, masih dianggap tabu bagi sebagian orangtua.

Untuk lebih mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memberikan pendidikan seksual sejak usia dini, Kitabisa mengadakan tanya jawab dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM). Yuk, simak ulasan selengkapnya mengenai pendidikan seksual di artikel ini ya!

 

Memahami Infeksi Menular Seksual

pendidikan seksual

Penyakit menular seksual atau yang kini lebih sering disebut Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang biasanya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penularannya bisa melalui cairan tubuh, baik sperma, cairan vagina, atau darah. IMS juga bisa ditularkan melalui jarum suntik yang dipakai berulang atau bergantian dengan orang yang berisiko menularkan infeksi.

Namun, orang yang belum pernah melakukan aktivitas seksual juga berisiko terkena infeksi menular seksual. Misalnya, dengan menggunakan alat mandi (seperti handuk) yang sama/bergantian dengan orang yang terkena IMS.

 

Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual

Pendidikan Seksual
Sumber: Daily Herald

Infeksi menular seksual bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur yang ditularkan melalui cairan tubuh. Ada beberapa jenis infeksi menular seksual, diantaranya:

  • Gonore

Gonore atau kencing nanah terjadi karena infeksi bakteri. Infeksi ini bisa ditularkan saat terjadi kontak seksual dengan orang yang terinfeksi atau melakukan kontak dengan cairan tubuh mereka. Pada pria, gejalanya terlihat lebih nyata seperti mengeluarkan nanah saat kencing dan terasa nyeri. Sementara pada perempuan, gejalanya sulit diidentifikasi karena mirip dengan infeksi lainnya.

  • Sifilis

Sifilis disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi kulit, mulut, alat kelamin, serta sistem saraf. Gejalanya tak hanya muncul di organ kelamin, tetapi juga bisa di organ tubuh lainnya, seperti muncul bitnik merah di telapak tangan dan kaki, nyeri sendi, dan lain-lain. Jika terdeteksi lebih awal, sifilis bisa sembuh. Namun jika tidak ditangani dengan baik, sifilis akan menyebabkan kerusakan pada otak dan jantung. Efeknya yang cukup serius dan bisa menginfeksi seluruh tubuh inilah yang menyebabkan penyakit ini disebut ‘Raja Singa’.

  • Infeksi HPV

Virus human papillomavirus atau HPV adalah penyebab utama kanker serviks. Virus ini bisa menular karena adanya hubungan seksual. Perempuan memiliki risiko yang cukup tinggi terkena kanker serviks. Namun, laki-laki juga berisiko terinfeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker anus.

  • HIV/AIDS

Virus HIV bisa membuat sistem kekebalan tubuh seseorang melemah dan meruntuhkan sistem pertahanan tubuh secara bertahap. Virus ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual atau menggunakan jarum yang sama. Orang dengan virus HIV saat terkena penyakit lain akan menjadi susah untuk sembuh. Bahkan menurut dokter Haekal, orang dengan HIV biasanya meninggal bukan karena AIDS, tetapi karena penyakit lain yang menyerangnya seperti TBC atau Meningitis.

 

Waktu yang Tepat Memberikan Pendidikan Seksual

Pendidikan Seksual

Pemberian pendidikan seksual bisa menjadi salah satu langkah untuk mencegah infeksi menular seksual pada seseorang. Pendidikan seksual ini sebaiknya diberikan pertama kali oleh orangtua sejak usia dini. Saat anak berusia 3-4 tahun, anak sebaiknya mulai diajarkan tentang jenis kelaminnya, seperti diberitahu bahwa dia anak laki-laki atau perempuan. Kemudian, saat anak berusia 4-5 tahun, anak laki-laki dan perempuan sudah mulai dipisahkan seperti saat mandi atau tidur.

Saat anak masuk usia sekolah dasar, orangtua mulai mengajarkan secara lebih intensif bahwa tidak boleh ada orang lain yang memegang area pribadi anak. Hal ini berlanjut sampai anak masuk masa pubertas dimana orangtua sebaiknya tetap menemani anak-anak mereka saat mengalami perubahan fisik (mulai tumbuh bulu-bulu halus, mimpi basah, menstruasi, tumbuh payudara, dll) dan psikis. Orangtua juga perlu menekankan agar tidak terjadi pergaulan yang tidak diinginkan saat masa pubertas.

Selain itu, orangtua juga bisa mengajarkan pentingnya merawat organ intim khususnya bagi perempuan dan bagaimana menghadapi siklus bulanan. Bagi perempuan di bawah usia 20 tahun, dokter Haekal menyarankan untuk melakukan imunisasi HPV untuk mencegah kanker serviks. Pasalnya, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka kanker serviks yang cukup tinggi.

 

Menjaga Kesehatan Reproduksi

Pendidikan Seksual

Kesehatan reproduksi bisa dijaga dengan berbagai cara, terutama dengan menjaga kebersihan organ intim, baik pada laki-laki maupun perempuan. Secara umum, gunakan alat pembersih seperti handuk atau kertas tisu yang lembut agar tidak menimbulkan iritasi. Selain itu, hindari menggunakan pakaian dalam ketat yang bisa mengganggu bakteri baik di kelamin.

Pada perempuan, bersihkan vagina dari arah depan ke belakang agar bakteri yang ada di anus tidak berpindah ke vagina. Jika ingin menggunakan sabun pembersih, gunakanlah yang pH-nya sesuai dengan pH vagina yakni 4.5. Namun, belum banyak penelitian yang membuktikan produk pembersih vagina ini memiliki efek yang baik untuk kesehatan vagina. Karena sebenarnya, vagina memiliki kemampuan untuk membersihkan diri sendiri dengan cairan yang diproduksinya.

Sementara pada laki-laki, jangan terlalu banyak menggunakan sabun di penis karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit penis. Jaga pula kebersihan buah zakar karena daerah tersebut lembab. Dokter Haekal juga menyarankan untuk disunat karena kulit di ujung penis itu bisa menjadi sarang kuman. Selain itu, laki-laki sebaiknya rutin ereksi agar terjaga kesehatan seksualitasnya.

Perkembangan organ reproduksi seseorang tergantung pada usianya alias ada patokan sesuai usia. Saat terjadi ketidakcocokan dengan patokan tersebut, seperti pertumbuhan penisnya tidak sempurna, terlahir dengan buah zakar tidak lengkap, atau ada gangguan menstruasi, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk diberikan solusi sesuai dengan permasalahannya. Jika permasalahannya karena obesitas, maka akan diturunkan berat badannya untuk mengatasi gangguan reproduksi tersebut. Namun, jika masalahnya adalah terdapat gangguan hormonal, maka harus dikoreksi hormonnya dengan pengawasan dokter.

 

Menstruasi sebagai Ciri Memasuki Masa Pubertas

Pendidikan Seksual

Perempuan memasuki masa pubertas biasanya ditandai dengan menstruasi. Normalnya, menstruasi ini memiliki siklus 28 hari (rentang 23-35 hari) yang dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya.

Sebelum dan sesudah menstruasi, perempuan biasanya akan mengalami keputihan. Selain itu, sebagian besar perempuan juga mengalami nyeri menjelang atau saat menstruasi. Menurut dokter Haekal, ini adalah hal yang wajar terjadi saat menstruasi. Namun, perlu diwaspadai jika nyeri tersebut sampai mengganggu aktivitas atau pingsan karena kemungkinan besar ini disebabkan oleh kista.

Hampir sebagian besar perempuan memiliki kista di indung telurnya. Kista ini ada karena faktor hormonal yang ada para perempuan. Biasanya, kista akan hilang sendiri saat perempuan hamil atau menopause. Namun, kita tetap perlu mewaspadai jika kista tersebut sampai mengganggu kehamilan yang biasanya disebabkan oleh kelainan hormonal (terutama pada perempuan yang terdapat sindrom PCOS atau Polycystic Ovarian Syndrome). Hal ini bisa diatasi dengan menyeimbangkan hormon terlebih dahulu.

 

Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Pendidikan Seksual

Ada beberapa faktor yang menyebabkan siklus menstruasi terganggu seperti pola makan yang rendah nutrisi, sedikit makan sayur dan buah, jarang berolahraga, kurang tidur dan stress. Semua faktor ini bisa mengganggu keseimbangan hormonal yang akan berpengaruh pula ke siklus menstruasi perempuan.

Hal ini akan menjadi berbahaya jika menstruasi berhenti selama berbulan-bulan. Perlu penanganan lebih lanjut oleh dokter karena dikhawatirkan bisa mengganggu kesehatan organ reproduksi dan mempengaruhi kesuburan seseorang.

 

Jenis Keputihan pada Perempuan

Pendidikan Seksual

Keputihan adalah hal yang wajar terjadi sebelum dan sesudah menstruasi. Hal ini merupakan reaksi vagina untuk membersihkan dirinya.

Keputihan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni keputihan normal dan tidak normal. Keputihan normal memiliki warna yang jernih, tidak berbau menyengat dan teksturnya tidak encer dan tidak kental. Sedangkan pada keputihan tidak normal ditandai dengan bau menyengat (busuk atau amis), terdapat darah dan tekstur lendirnya encer atau tidak.

Jika keputihan itu berwarna putih susu dan berbau amis, bisa jadi disebabkan oleh infeksi jamur. Sementara jika keputihan berwarna coklat, berdarah dan nyeri pada panggul, bisa jadi ini tanda dari kanker serviks.

 

Mengetahui Masa Subur 

Pada perempuan dengan siklus menstruasi normal (23-35 hari), masa subur biasanya terjadi di hari ke-12 sampai 14 dari hari pertama menstruasi. Hal ini ditandai dengan suhu tubuh perempuan yang menjadi lebih hangat, vagina mengeluarkan lendir dan mood menjadi lebih baik serta terpancar aura cantiknya.

Namun, pada perempuan yang siklus menstruasinya tidak teratur, penghitungannya cukup sulit tapi tetap bisa dikenali dengan tanda-tanda di atas. Jika siklus menstruasinya pendek, penghitungannya bisa dikurangi 7 hari dan pada perempuan yang siklus menstruasinya panjang, bisa dikurangi 11 hari. Saat merencanakan kehamilan, dokter Haekal menganjurkan, pada perempuan yang siklus menstruasinya tidak teratur untuk lebih sering melakukan hubungan seksual.

Sementara pada laki-laki, kesuburan bisa dijaga dengan memperbaiki kualitas spermanya. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat, makan makanan bernutrisi tinggi, rutin berolahraga, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol secara berlebihan, dan tidur yang cukup.

 

Sejumlah Mitos Soal Kesehatan Seksual dan Reproduksi

Pendidikan Seksual

  • Minum dingin bisa menghentikan menstruasi dan minum soda bisa memperlancar menstruasi

Ini mitos karena sebenarnya tidak ada kaitannya antara saluran pencernaan dengan saluran reproduksi.

  • Minum jamu saat menstruasi bisa meredakan nyeri

Sebenarnya tidak ada kaitan antara minum jamu dan menstruasi. Tapi yang perlu diperhatikan adalah kandungan jamunya. Saat ini, banyak jamu yang mengandung zat aktif obat yang jika diminum dalam jangka panjang bisa mengganggu kesehatan.

  • Bulu kucing bisa menyebabkan mandul

Mitos. Ada banyak faktor yang menyebabkan perempuan susah hamil. Jika berkaitan dengan kucing, biasanya disebabkan oleh kuman atau bakteri yang dibawa kucing (seperti toksoplasma), bukan karena bulunya. Oleh karenanya penting dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah.

  • Timun dan terong bisa mengurangi kesuburan pria

Mitos. Justru timun dan terong bagus untuk kesehatan. Karena untuk menjaga kualitas sperma, pria disarankan untuk makan makanan bergizi, salah satunya mengonsumsi sayur.

  • Wanita berkumis tipis susah hamil

Mitos. Akan tetapi, memang ada sejumlah perempuan yang memiliki kumis tipis karena gangguan hormonal (hormon androgen lebih tinggi daripada hormon estrogen) yang menyebabkan susah hamil. Selain kumis tipis, perempuan dengan gangguan hormon ini juga ditandai dengan munculnya jerawat, kulit kepala kering (seperti ketombean), atau mengalami kebotakan. Jika hal ini terjadi dan siklus menstruasinya tidak lancar, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

 

Menjaga Kesehatan Seksual untuk Cegah IMS

Pendidikan Seksual

Untuk menjaga kesehatan seksual, setiap orang harus mengetahui batasan perilaku seksualnya masing-masing. Seperti dengan tidak berganti-ganti pasangan dan melakukan seks yang aman (setelah menikah). Kondisi kesehatan pasangan juga penting kita perhatikan sebelum berhubungan.

Dokter Haekal memberikan sejumlah tips agar kesehatan seksual tetap terjaga. Antara lain:

  • Menerapkan pola hidup sehat

Pola hidup sehat menjadi kunci untuk menjaga kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini bisa dilakukan dengan makan makanan bergizi, rutin berolahraga, tidak merokok dan minum minuman beralkohol, serta istirahat yang cukup. Kondisi badan yang sehat akan berpengaruh pula pada kualitas sperma dan sel telur yang baik.

  • Rutin mengeluarkan sperma untuk cegah kanker prostat

Dokter Haekal menyebutkan bahwa sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa laki-laki yang melakukan atau mengalami ejakulasi (mengeluarkan sperma) lebih dari 20 kali dalam sebulan, bisa menurunkan risiko kanker prostat sebesar 30 persen. Sperma diproduksi dalam waktu 3-5 hari dan harus dikeluarkan agar bisa diproduksi sperma baru. Sperma ini bisa dikeluarkan melalui hubungan seks atau mimpi. Sementara bagi laki-laki yang belum menikah, bisa melakukan masturbasi (merangsang diri sendiri secara seksual) sebagai terapi untuk mengeluarkan sperma.

  • Mencukur bulu kemaluan

Menurut dokter Haekal, bulu kemaluan memang harus dicukur untuk mencegah bertumbuhnya kuman di area tersebut, apalagi bagi yang sering menggunakan celana ketat. Mencukurnya bisa menggunakan alat cukur atau metode waxing.

  • Imunisasi Sebelum Menikah

Pengecekan kesehatan seperti cek darah dan pemberian vaksin HPV sangat penting dilakukan bagi pasangan sebelum menikah. Selain itu, penting pula untuk mengecek apakah pada pasangan kita terdapat infeksi menular seksual. Hal ini dimaksudkan agar dokter bisa melakukan penanganan lebih lanjut sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Vaksin HPV berfungsi untuk mencegah kanker serviks pada perempuan. Pasalnya, kanker serviks di Indonesia masih menempati nomor dua tertinggi di dunia dengan angka kejadian 21 ribu kasus kanker serviks setiap tahunnya. Pasangan yang sudah menikah juga dianjurkan untuk melakukan tes pap smear setelah satu tahun usia pernikahan.

 

Nah, kesimpulan dari tanya jawab kali ini adalah sangat penting bagi kita untuk menerapkan pola hidup sehat dan konsumsi makan makanan bergizi agar kesehatan seksual dan reproduksi kita terjamin. Penting pula untuk menjaga kebersihan organ reproduksi dengan sering berganti pakaian dalam dan tidak mengenakan pakaian dalam yang ketat. Pelajari pula kondisi kesehatan reproduksi masing-masing, seperti memperhatikan siklus menstruasi pada perempuan. Yang terpenting, cek kesehatan sebelum menikah dan merencanakan kehamilan dengan melakukan pemeriksaan seperti tes darah dan imunisasi HPV untuk mengurangi risiko tertular infeksi menular seksual.

Kamu juga bisa baca selengkapnya mengenai Tanya Jawab Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Instagram Kitabisa.


Jika kamu punya keluarga, sahabat atau siapapun yang terkena infeksi menular seksual, sehingga butuh biaya pengobatan cukup besar, kamu bisa galang dana di Kitabisa. Kamu bisa konsultasi mengenai galang dana ini dengan cara, klik: ktbs.in/tanya atau kirim pesan WhatsApp ke nomor 0813-1553-2353.

Bagikan