Keadaan Palestina Hari Ini Imbas dari Deklarasi Balfour 1917

March 18, 2019
Oleh : Kitabisa

Palestenian Center for Human Rights (PCHR) melaporkan kondisi Palestina hari ini pada 8 Maret 2019. Menurut catatannya, pada periode 28 Februari – 6 Maret 2019, Israel setidaknya telah melakukan 67 serangan ke warga Palestina di Tepi Barat dan empat serangan di Yerusalem. Tak hanya itu, di Tepi Barat mereka juga menangkap tiga bocah dan seorang perempuan. Sementara di Yerusalem, setidaknya ada 11 warga sipil yang diangkut. Serangan-serangan yang dilakukan militer Israel juga telah melukai sejumlah warga sipil, lagi-lagi yang menjadi korban paling menderita adalah anak-anak dan perempuan.

Misalnya pada 1 Maret 2019, ada 92 warga sipil yang ditangkap otoritas Israel. Di antara mereka, ada 26 anak-anak, dua orang perempuan, seorang jurnalis, dan tiga orang paramedis.

Begitulah kondisi Palestina hari ini. Apa yang kita saksikan saat ini bukanlah sesuatu yang langsung terjadi. Ada sejarah panjang yang melatari segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh otoritas Israel terhadap warga Palestina.

 

Kondisi Palestina Hari Ini

Keadaan Palestina Hari ini

Jika menengok jauh ke belakang, segala kekerasan yang dilakukan oleh militer Israel terhadap warga Palestina bermula dari Deklarasi Balfour yang dikeluarkan oleh Pemerintah Britania pada 2 November 1917. Deklarasi itu mengumumkan bahwa Inggris mendukung berdirinya “tanah air bagi orang-orang Yahudi” di Palestina yang saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Kekaisaran Utsmaniyah

Jika mundur lebih ke belakang lagi, seperti tertera dalam laporan Intisari-Online.com, keberadaan bangsa Yahudi sejatinya sudah menimbulkan masalah sejak 1817 ketika orang-orang yang datang ke wilayah itu semakin banyak. Jumlah mereka yang datang semakin meningkat pesat setelah kaumYahudi menggelar Kongres Zionis Pertama di Swiss pada 1897. Kongres itu intinyamengajak orang-orang Yahudi yang masih berada di belahan dunia untuk “pulang kampung”ke Palestina atau dalam istilah mereka “Zion”.

Gerakan pulang ke negeri Zion atau Palestina itu kemudian populer disebut sebagai Zionisme. Gerakan ini dipimpin oleh para tokoh Yahudi seperti Dr Theodore Herzl dan Dr Chaim Weizmann. Pelan tapi pasti, gerakan ini membuat jumlah penduduk Yahudi di Palestina semakin banyak. Saat meletus Perang Dunia I, persisnya di tahun 1917, jumlah penduduk Yahudi di Palestina sudah mencapai 85 ribu orang. Oh iya, saat itu, Palestina yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani sudah jatuh ke tangan Kerajaan Inggris. Ketika Perang Dunia I itu, pasukan Inggris yang sedang bertempur melawan pasukan Jerman sedang mengalami kesulitan di front Eropa Barat. Untuk itulah mereka meminta bantuan dari sekutunya, Amerika Serikat, terutama bantuan uang, persenjataan, dan pasukan. Dan untuk mengambil hati AS, Inggris menaruh perhatian lebih kepada warga Yahudi di Palestina. Bagaimanapun juga, orang-orang Yahudi yang berada di Amerika Serikat adalah para penguasa ekonomi dan politik di sana. Dengan menaruh perhatian lebih kepada wargaYahudi di Palestina, Inggris berharap pemerintah AS mau memberikan bantuan. Dan tepat di titik itulah Kerajaan Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour untuk penentuan nasib orang Yahudi di Palestina.Palestina Hari Ini

Tapi siapa sangka, deklarasi yang dibuat dengan buru-buru dan cenderung lebih menguntungkan orang-orang Yahudi itu ternyata memicu masalah yang cukup pelik yang bertahan hingga sekarang. Dalam Deklarasi Balfour itu, Inggris antara lain berjanji akan memberikan bantuan bagi terwujudnya negara merdeka bagi warga Yahudi di Palestina.

 

Efek Deklarasi Balfour pada Keadaan Palestina Hari Ini

Jika Deklarasi Balfour adalah angin segar bagi warga Yahudi, tidak dengan warga Arab Palestina hingga hari ini. Bagi mereka, deklarasi itu akan mengganggu domisili wilayahnya meskipun imigrasi kaum Yahudi makin bertambah banyak. Tak hanya soal wilayah, di kemudian hari, deklarasi itu juga memicu perang berkepanjangan yang tak kunjung usai hingga hari ini antara negara baru bernama Israel dan Palestina. Sekitar tiga dasawarsa kemudian, persisnya pada 14 Mei 1948, Israel akhirnya menyatakan kemerdekaan negaranya setelah berhasil “mengusir”Inggris di Palestina melalui provokasi dan teror.

Di saat yang sama juga, mereka mulai menganeksasi wilayah-wilayah yang sebelumnya dimiliki oleh warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke negara-negara arah terkait kemerdekaan negara baru itu. Dan seiring berjalannya waktu, Israel semakin menggila dengan mencaploki wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai warga Palestina. Perlawana demi perlawanan terus dilakukan oleh warga Palestina hingga hari ini, dengan ketapel, roket-rokter rumahan, tapi tetap saja tak kuasa membendung keganasan militer Israel yang dibekingi negara-negara kuat macam Inggris dan Amerika.

 

Mari bersolidaritas untuk Palestina Hari Ini

Seperti disinggung di awal, yang paling menderita dari segala kebrutalan yang dilakukan militer Israel adalah anak-anak dan perempuan, terutama anak-anak. Mereka kehilangan ayah yang menjadi syahid, mereka kehilangan rumah tempat mereka istirahat, mereka kehilangan sekolah tempat mereka menyongsong masa depan, mereka juga terpisah dari teman-teman yang biasa mereka ajak berbagi kebahagiaan dan keceriaan.

Nah, untuk meringankan segala beban dan penderitaan yang mereka alami, tak ada salahnya untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka. Salah satunya melalui kampanye Solidaritas Untuk Palestina melalui Kitabisa.banner_palestina

Mudah-mudahan donasi kita mendapatkan pahala setimpal dari Allah SWT. Amin!

Penulis: Ranu Mohamad

Bagikan