Aksi bela Palestina tak sekadar aksi membela agama. Lebih dari itu, aksi bela Palestina adalah sebuah upaya untuk menolak segala bentuk penjajahan yang ada di muka bumi ini. Maka dari itu, kepedulian terhadap perjuangan warga Palestina menentang pendudukan Israel mestinya tak hanya monopoli umat Islam di seluruh dunia.
Isu Palestina dan aksi bela Palestina adalah isu global, dan memang begitulah adanya. Seperti dilaporkan oleh CNN Indonesia pada Agustus 2018 lalu, setidaknya adalah 137 negara yang mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat. Sebagian besar negara-negara itu berasal dari Asia dan Afrika, dan sebagian Eropa. Yang menarik, tidak semua negara-negara pendukung kemerdekaan Palestina itu adalah negara muslim atau negara dengan penduduk mayoritas muslim.
Amerika Serikat dan Inggris menjadi dua dari beberapa negara yang tidak mau mengakui kedaulatan Palestina. Karena bagaimanapun juga, dua negara itulah yang paling bertanggung jawab atas berdirinya negara Israel beberapa dekade yang lalu.
Aksi Bela Palestina dari Negara Pendukung Kemerdekaan Palestina
Berikut beberapa negara yang mendukung kemerdekaan Palestina:
- Amerika
Antigua dan Barbuda, Argentina, Belize, Bolivia, Brazil, Cile, Kosta Rika, Kuba, Dominika, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Nicaragua, Paraguay, Peru, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Suriname, Uruguay dan Venezuela. - Eropa
Albania, Belarusia, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Grenada, Tahta Suci Vatikan, Hungaria, Islandia, Malta, Montenegro, Polandia, Rumania, Serbia, Slovakia, Swedia, Georgia, Rusia dan Ukraina. - Asia Timur Tengah
Bahrain, Iran, Irak, Jordan, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Suriah, Uni Emirat Arab, dan Yaman. - Asia
Afganistan, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Bangladesh, Bhutan, Brunei, Kamboja, China, Timor Leste, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Maladewa, Mongolia, Mauritius, Nepal, Korea Utara, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Sri Lanka, Thailand, Vanuatu, Vietnam. - Afrika
Azerbaijan, Aljazair, Angola, Benin, Botswana, Burkina Faso, Burundi, Cape Verde, Republik Afrika Tengah, Chad, Komoro, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Djibouti, Mesir, Guinea Ekuator, Etiopia, Gabon, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Kenya, Lesotho, Liberia, Libya, Madagaskar, Malawi, Mali, Mauritania, Mozambik, Maroko, Namibia, Niger, Nigeria, Republik Kongo, Rwanda, Sao Tome dan Principe, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, Somalia, Afrika Selatan, Sudan Selatan, Sudan, Swaziland, Tanzania, Togo, Uganda, Zambia dan Zimbabwe.
Awal Mula Perjuangan Palestina
Pada 1974, Majelis Umum PBB meloloskan sebuah resolusi yang mengakui hak-hak Palestina untuk berdaulat. Tak hanya itu, lembaga yang berdiri Oktober 1945 itu juga mengakui Otorits Pembebasan Palestina (PLO) sebagai satu-satunya perwakilan Palestina. Lalu pada 15 November 1988, Palestina mendeklarasikan dan memproklamasikan kemerdekaan di Aljir, Aljazair. Dan sejak saat itulah, PLO berusaha mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara Palestina Merdeka.
Setelah sekian lama memperjuangkan kemerdekaannya, pada 29 November 2012 untuk pertama kalinya Palestina diakui sebagai negara—meskipun belum mendapatkan status keanggotaan penuh di PBB. Walaupun begitu, tampaknya Israel tak ambil pusing. Aksi-aksi penduduk yang dilakukan oleh mereka semakin membabi buta, wilayah-wilayah baru mereka caplok, sehingga banyak penduduk Palestina yang memilih mengungsi.
Indonesia dalam Aksi Bela Palestina
Indonesia punya posisi penting dalam aksi bela Palestina. Dalam sidang Dewan Keamanan PBB di markas besar PBB di New York, Selasa (26/3/2019), Indonesia, melalui Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia A. M. Fachir, mengecam aksi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Beliau, sebagaimana dilaporkan VOA Indonesia, menyebut tindakan itu sebagai sesuatu yang “Bertentangan dengan hak asasi manusia dan hukum internasional.”
Selama ini, Indonesia memang punya komitmen besar terhadap kemerdekaan Palestina sebagai bagian dari aksi bela Palestina. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengatakan, setidaknya ada dua cara yang ditempuh Indonesia untuk memperjuangkan perdamaian di Palestina dan mendukung aksi bela Palestina.
- Indonesia mendorong agar pembicaraan perdamaian terus digalakkan di PBB. Bagaimanapun juga, Indonesia adalah salah satu Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.
- Dalam pembicaraan di PBB itu, Indonesia akan mendorong PBB melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB yang selama ini dikeluarkan. Menurut Menteri Retno, dilaporkan Kompas.com, selama ini PBB sejatinya sudah banyak mengeluarkan resolusi mengenai perdamaian antara Israel dan Palestina. Tapi implementasinya tidak berjalan dengan optimal.
Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Aksi Bela Palestina?
Yang paling terdampak dari konflik yang terjadi di Palestina adalah wanita dan, terutama, anak-anak. Serangan dan penggusuran yang dilakukan militer Israel membuat anak-anak Palestina hidup di antara reruntuhan rumah mereka, kelaparan, dan kehilangan pendidikan.
Kamu bisa membantu mereka untuk bangkit kembali dengan cara berdonasi di Kitabisa. Kamu dapat menyisihkan sebagian hartamu secara online melalui website Kitabisa atau melalui aplikasi Kitabisa yang tersedia di Google Playstore.
Ditulis Oleh: Ranu Mohamad