Tahukah kamu, sekitar 90 persen kasus retinoblastoma terjadi pada anak di bawah umur 4 tahun? Penyakit ini merupakan salah satu jenis kanker mata yang menginfeksi retina. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli berspekulasi, kanker tersebut disebabkan oleh mutasi genetik sejak janin berada di rahim.
Sebagian lain berpendapat, 25 persen kasus retinoblastoma diwariskan oleh kedua orang tuanya—yang biasanya menyerang kedua mata anak. Sebaliknya, jika bukan penyakit bawaan, hanya satu mata yang terserang.
Gejala Retinoblastoma
Ada dua gejala utama retinoblastoma yang bisa dideteksi sejak dini, yaitu leukokoria dan lazy eye. Berikut penjelasannya.
- Leukokoria. Kondisi ini ditandai dengan pupil mata yang terlihat putih ketika disorot oleh cahaya. Normalnya, pupil mata tampak merah manakala terpapar sinar.
- Lazy Eye. Ketika kamu berbicara dengan anak, cobalah menatap matanya. Jika matanya—selalu—tampak melihat ke arah lain, itulah yang disebut lazy eye. Meski tidak mesti mengindikasikan retinoblastoma, tetaplah waspada.
Selain leukokoria dan lazy eye, kanker mata bagian retina juga ditandai dengan beberapa gejala lainnya. Mulai dari gangguan penglihatan, sakit mata, serta pendarahan di bagian depan mata. Bahkan, pupil mata yang tidak mengecil saat terpapar cahaya atau perubahan warna iris, bisa menjadi salah satu indikasinya.
Cara Mengatasi Retinoblastoma
Setiap pengidap retinoblastoma memiliki tingkat keparahan berbeda-beda. Karena itu, jenis pengobatan yang dilakukan juga harus menyesuaikan kondisi pasien. Sebagai referensi, berikut beberapa macam penanganan kanker retina.
- Terapi laser. Pengobatan ini menggunakan sinar laser dengan tujuan menghancurkan pembuluh darah yang menutrisi kanker. Pada beberapa kasus, terapi laser mampu membunuh sel kanker berbahaya.
- Krioterapi. Metode krioterapi memanfaatkan cairan nitrogen untuk membekukan sel kanker. Sesudah dibekukan, sel kanker diangkat sampai ke akarnya.
- Termoterapi. Pada level tertentu, sel kanker mata sulit dihilangkan. Maka metode yang menggunakan sinar laser, gelombang mikro, dan ultrasound dianggap sebagai solusi terbaik.
- Radioterapi. Metode radioterapi terdiri dari dua macam, yaitu radiasi internal dan eksternal. Seluruh prosesnya dibantu oleh sinar-X. Perbedaan hanya terletak pada cara penempatan bahan radioaktif.
Radiasi internal mengharuskan sinar-X diletakkan di dekat sel kanker. Sementara radiasi eksternal, sinar-X dipancarkan dari sebuah mesin supaya paparannya lebih besar. Sayangnya, radiasi eksternal berbahaya bagi mata sehingga tidak dianjurkan oleh paramedis.
- Kemoterapi. Metode kemoterapi merupakan cara mengatasi kanker mata dengan mengonsumsi atau mentransmisikan pil ke pembuluh darah. Proses ini membantu mengecilkan kanker ganas yang menyerang retina. Biasanya, ampuh jika diterapkan pada anak pengidap retinoblastoma.
- Operasi. Meski jarang, beberapa orang yang mengalami kanker retina dengan tingkat keparahan tinggi harus menjalani operasi. Ada dua tahapan dalam operasi ini, yaitu enukleasi dan pembedahan implan mata.
Operasi enukleasi dilakukan dengan mengangkat mata yang terinfeksi kanker. Otomatis, dokter akan melepaskan jaringan, otot, serta mengangkat bola mata untuk menyelamatkan pasien. Bahkan, sebagian saraf optik di belakang mata ke otak pun dihilangkan. Tentunya, setiap prosedur enukleasi berisiko tinggi.
Jika bola mata sudah diangkat seluruhnya, dokter memasang penggantinya yang terbuat dari bahan khusus. Bola mata palsu ini ditempatkan di rongga mata. Pergerakannya akan diatur oleh otot-otot mata. Seiring waktu, otot bisa beradaptasi dengan mata implan meskipun penglihatan tidak dapat kembali seperti sedia kala.
Baca juga:
Tumor Mata: Pengertian, Gejala, dan Cara Pencegahannya
Mengenal Lebih Jauh Diabetes pada Anak
Kamu bisa bantu mereka yang sedang berjuang melawan penyakitnya dengan berdonasi di Kitabisa. Klik gambar di bawah ini untuk donasi.