Apakah kamu pernah menemukan seorang anak yang mengalami kelumpuhan otot? Itulah salah satu ciri penyakit polio. Menurut para ahli, polio adalah penyakit menular yang menginfeksi sistem saraf pusat. Infeksi tersebut menimbulkan rasa nyeri dan merusak saraf motorik.
Dampak lainnya, penyakit polio bisa mengganggu kemampuan menelan dan bernapas. Dilansir dari Healthline, 5—10 persen pengidap polio yang sulit bernapas, dilaporkan meninggal dunia. Karena itu, penanganan harus cepat dilakukan supaya tidak memicu gejala berat.
Tanda-Tanda Polio pada Anak
Virus polio dapat menyebar melalui kontak langsung dengan tinja pengidap penyakit ini. Beberapa riset pun membuktikan, penularan bisa terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus polio.
Kamu bisa mendeteksi infeksi virus polio tersebut dengan memperhatikan tanda-tanda berikut ini.
-
Polio Nonparalisis
Jenis polio ini tidak sampai mengakibatkan kelumpuhan. Biasanya, gejala polio nonparalisis muncul 6—20 hari setelah terpapar virus. Mulai dari radang tenggorokan, demam, muntah, otot lemah, kaku di leher, sampai nyeri punggung. Sementara itu, gejalanya dirasakan oleh pengidap selama 1—10 hari.
-
Polio Paralisis
Jenis polio paralisis bisa mengakibatkan kelumpuhan pada pengidapnya. Tanda klinis awal penyakit ini hampir mirip dengan nonparalisis; berlangsung selama 1 minggu. Biasanya, pengidap mengalami demam tinggi, sakit kepala, otot terasa lemah, kaki dan tangan lemas, serta kehilangan refleks tubuh.
-
Sindrom Pascapolio
Jenis sindrom pascapolio biasanya dialami orang berumur 15—40 tahun yang belum pernah mengidap penyakit ini. Rata-rata, mereka tidak diberi vaksin polio ketika masih balita.
Gejalanya diawali dengan kesulitan bernapas dan menelan. Pengidap sindrom pascapolio juga sulit berkonsentrasi, merasa lemah di bagian otot dan sendi, serta mengalami kelainan bentuk kaki atau pergelangan. Selain itu, amnesia dan perubahan suasana hati yang signifikan bisa menjadi tanda penyakit ini.
Baca juga:
Cerita Zayn, Pasien Penyakit Langka pada Tulang Ekor
Kanker Tuang Osteosarcoma yang Berhasil Dilawan Chacha
Fakta Polio pada Anak
Sebuah riset membuktikan, sebanyak 9 dari beberapa kasus polio anak, pengidapnya tidak memperlihatkan tanda klinis awal. Bahkan, penyakit ini hanya menimbulkan efek jangka pendek pada jenis abortive polio.
Fakta lainnya, polio pernah menjadi kejadian luar biasa di Indonesia pada tahun 2005. Sebagian pengidapnya adalah anak-anak. Hal ini jelas bertentangan dengan pernyataan pemerintah di tahun 1995 yang mengatakan Indonesia telah bebas polio.
Cara Mencegah Penyakit Polio
Pencegahan penyakit polio pada anak dapat dilakukan dengan memberikan vaksin inactivated polio vaccine (IPV) sebanyak empat dosis. Idealnya, pemberian vaksin dosis pertama pada umur 2 bulan. Selanjutnya, vaksin diberikan ketika anak berumur 4 bulan, antara 6 dan 18 bulan, serta antara 4—6 tahun.
Lalu, seberapa efektif IPV pada sistem kekebalan tubuh?
Sebenarnya, IPV aman untuk orang dengan imun tubuh lemah. Namun, tingkat proteksinya—dalam kasus penurunan imun yang parah—tidak bisa dipastikan. Di samping itu, IPV dapat menimbulkan efek samping berupa reaksi alergi.
Hal itu karena IPV mengandung polimiksin B, neomisin, dan antibiotik streptomisin. Sementara pemberian IPV pada orang dewasa, efek sampingnya berupa nyeri bekas suntikan dan muncul kemerahan di area tersebut.
Tahun 2014 lalu, Indonesia menyatakan bebas polio. Meski begitu, kamu harus waspada terhadap infeksi polio. Pasalnya, polio adalah penyakit yang mudah mewabah dalam satu daerah endemik. Seperti yang terjadi di Papua di pertengahan 2019; polio dikabarkan kembali menginfeksi.
Kamu bisa bantu mereka yang sedang berjuang melawan penyakitnya dengan berdonasi di Kitabisa. Klik gambar di bawah ini untuk donasi.