Masalah Gizi Buruk di Indonesia

Indonesia bersama negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berkomitmen untuk mengakhiri segala bentuk permasalahan malnutrisi pada tahun 2030. Indonesia juga menargetkan pada tahun 2025 untuk menurunkan stunting (pendek) dan wasting (kurus) pada balita. Inilah perkembangan status perbaikan gizi di Indonesia dan langkah nyata dalam menurunkan gizi buruk di Indonesia.

 

Perkembangan Status Perbaikan Gizi di Indonesia

perbaikan gizi

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, secara nasional terdapat 30,8% balita yang menderita kekurangan gizi sehingga tidak tumbuh sempurna (stunting). Walaupun persentase anak yang kurang gizi masih cukup tinggi di 2018, jumlah persentase anak kurang gizi sudah mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007 sampai tahun 2013 sebanyak 37,2% (Riskesdas 2013). 

Beberapa wilayah bagian timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat memperlihatkan status perbaikan gizi yang signifikan. Data menunjukkan, penurunan prevalensi pertumbuhan gizi tidak sempurna (stunting) di Provinsi NTT mencapai 9.1%. 

 

Langkah Nyata dalam Menurunkan Gizi Buruk

masalah gizi
Sumber: UNICEF

Masalah gizi buruk di Indonesia merupakan masalah bersama. Guna mencapai Indonesia bebas malnutrisi pada tahun 2030, pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan pemantauan dan pencegahan terhadap gizi buruk

Ditangani oleh tenaga gizi dari puskesmas, pemantauan dan pencegahan malnutrisi dilakukan ke seluruh wilayah Indonesia termasuk bagian Timur. Mengacu pada Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes) di tahun 2017, tenaga gizi sendiri sudah menempati 73,1% puskesmas di seluruh Indonesia. Sementara itu, sekitar 26,1% puskesmas belum memiliki tenaga gizi terutama di wilayah terpencil dan sangat terpencil. 

Langkah nyata pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah dengan membuat program Nusantara Sehat. Ini merupakan program yang menempatkan tenaga kesehatan terlatih seperti dokter, dokter gigi, tenaga gizi, bidan, perawat, tenaga farmasi, analis kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat, dan sanitarian di puskesmas dalam kurun waktu 2 tahun. Tujuannya agar masalah kesehatan masyarakat terutama gizi buruk bisa dipantau, disembuhkan, dan dicegah persebarannya.

Selain itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga membagikan biskuit khusus yang memiliki kandungan nutrisi dan gizi yang cukup ke seluruh puskesmas di Indonesia. Biskuit tersebut akan dibagikan oleh puskesmas kepada mereka yang memerlukan asupan nutrisi dan gizi yang cukup.

 

Kasus Gizi Buruk di Indonesia

Masa pertumbuhan merupakan masa esensial bagi anak-anak untuk mendapatkan asupan nutrisi dan gizi yang cukup. Asupan nutrisi dan gizi yang cukup dapat mencegah pertumbuhan tidak sempurna, seperti stunting dan wasting. Namun,  sekitar 2,9 juta anak di Indonesia masih mengalami gizi buruk. 

Contoh kasus gizi buruk terjadi pada Marce, anak yang mengalami gizi buruk di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dia tinggal bersama ibu dan keenam saudaranya. Saat tim UNICEF berkunjung, tim menemukan keadaan Marce yang cukup menyedihkan. Dia memiliki lingkar lengan (LILA) di bawah 11 cm atau masih di area merah (berbahaya). 

Setelah dirawat, kondisi Marce menjadi semakin baik. Lingkar lengannya sudah mencapai 11,5 cm atau berada di area kuning. Selain itu, UNICEF juga membentuk program untuk membantu Marce dan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi. Program tersebut berupa pemberian obat gizi khusus yang bentuknya menyerupai pasta kacang yang disukai anak-anak. Obat ini berkhasiat untuk membantu anak-anak mendapatkan berat badan ideal dan bertenaga. 

Inilah keadaan status gizi buruk di Indonesia. Kamu bisa membantu pemerintah Indonesia dan UNICEF dalam mendukung upaya melawan gizi buruk, dengan berkontribusi melalui Kitabisa. Berkat dukungan donasi ini, banyak anak-anak penderita gizi buruk yang telah mendapatkan perawatan. Ayo, kita sama-sama berjuang melawan gizi buruk.

gizi buruk