Gen pada tubuh memegang kunci bagaimana tubuh terlihat dan bekerja. Gen inilah kunci dari semuanya, bagaimana warna rambut kamu hingga bagaimana saluran pencernaan mencerna makanan yang masuk ke dalam tubuh. Jadi, ketika ada masalah pada salah satunya, dampak yang terjadi bisa sangat luas. Salah satunya adalah Sindrom Down.
Orang-orang dengan kelainan ini dilahirkan dengan kromosom ekstra. Kromosom sendiri adalah kumpulan gen dalam jumlah yang tepat, sehingga kinerja dan tampilan fisik tubuh pun sempurna. Sayangnya, Sindrom Down menyebabkan kromosom ekstra ini mengarah pada berbagai masalah yang memengaruhi kesehatan seseorang secara fisik maupun mental.
Bagaimana Mengenali Gejala Sindrom Down pada Bayi?
Setiap orang dengan Sindrom Down memiliki sifat individualisme yang tinggi. Masalah yang berkaitan dengan intelektual dan perkembangannya mungkin bisa ringan, sedang, atau bahkan berat. Beberapa pengidap memiliki fisik yang sehat, sementara lainnya memiliki masalah kesehatan yang cukup signifikan, seperti cacat jantung yang serius.
Bayi, anak-anak, dan orang dewasa dengan Sindrom Down memiliki fitur wajah yang berbeda. Meski begitu, gejala Sindrom Down pada bayi lebih umum adalah sebagai berikut:
- Wajah pipih.
- Kepala lebih kecil.
- Leher lebih pendek.
- Lidah yang tampak menonjol.
- Kelopak mata yang miring ke atas atau disebut fisura palpebral dalam istilah medisnya.
- Telinga tidak berbentuk atau kecil.
- Tonus otot yang sangat buruk.
- Tangan lebar dan pendek dengan satu lipatan di bagian telapak tangan.
- Jari yang relatif pendek dan tangan serta kaki kecil.
- Fleksibilitas yang berlebihan.
- Bintik kecil putih pada bagian iris mata.
- Postur tubuh pendek.
Bayi dengan Sindrom Down mungkin memiliki ukuran rata-rata. Namun, mereka akan mengalami pertumbuhan perlambatan dan tetap memiliki postur tubuh yang lebih pendek daripada anak lain yang sebaya dengannya. Pun, sebagian besar anak dengan Sindrom Down memiliki gangguan kognitif baik ringan hingga sedang. Keterlambatan bicara atau kesulitan berbahasa serta pengaruh dalam memori jangka pendek maupun panjang pun terjadi.
Baca juga:
Jantung Bocor pada Bayi Mungil Ikho
Perjuangan Galang Dana untuk Kesembuhan Bayi Prematur di NICU
Apa yang Menyebabkan Sindrom Down Terjadi?
Semua orang dengan Sindrom Down memiliki bagian kromosom 21 ekstra yang terdapat pada semua atau beberapa sel di dalam tubuh. Materi genetik tambahan ini akan mengubah arah perkembangan tubuh dan menyebabkan terciptanya karakteristik khusus terkait dengan Sindrom Down. Namun, apa yang menyebabkan seseorang memiliki kromosom ekstra penuh atau sebagian masih belum diketahui.
Diduga, usia ibu memegang peranan paling penting dan paling dikaitkan dengan kecenderungan untuk memiliki bayi dengan Sindrom Down. Salinan kromosom ekstra ini bisa berasal dari ayah maupun ibu, dan sebesar 5 persen kasus terjadinya kelebihan kromosom ini berasal dari ayah.
Cara Tepat Pencegahan Sindrom Down pada Bayi
Setidaknya, ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya gejala Sindrom Down pada bayi, yaitu:
-
Memperhatikan Kadar Asam Folat
Ada keterkaitan antara kadar asam folat tubuh dengan risiko terjadinya Sindrom Down pada bayi serta terjadinya cacat tabung saraf. Ini artinya, ibu harus lebih memperhatikan asupan asam folat dalam tubuh, terlebih ketika sedang hamil. Jika memang diperlukan, konsumsi suplemen penambah asam folat.
-
Memperhatikan Usia ketika Hamil
Semakin tua usia ibu ketika hamil, maka risiko terjadinya Sindrom Down pada bayi pun semakin besar. Jadi, konsultasikan selalu dengan dokter ahli jika kehamilan terjadi pada usia di atas 35 tahun.
-
Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Secara Rutin
Ini sangat penting, karena kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan bisa terdeteksi lebih dini, sehingga bisa segera ditangani.
Kamu bisa bantu mereka yang membutuhkan biaya pengobatan sindrom down dengan cara berdonasi di Kitabisa. Untuk berdonasi, klik gambar di bawah ini!
