Didik, pelatih Persela U-19, masih ingat betul kejadian pada Minggu (15/10) lalu. Di hari itu, Choirul Huda, kiper Persela menghembuskan nafas terakhir setelah berbenturan dengan pemain belakang Ramon Rodrigues.
Suara Didik masih bergetar saat mengingat kejadian itu, “Huda bagian keluarga saya. Saya masih belum percaya dia meninggal dunia.”
Bagi Didik, ada satu faktor penting yang membuat Huda selalu tampil gemilang di bawah mistar Persela selama 18 tahun. Faktor itu bernama keluarga.
“Sebelum dan sesudah pertandingan, Huda selalu minta doa restu dari keluarga. Ia tak pernah sekalipun lupa meminta doa dari istri dan anaknya,” kenang Didik.
Kepergian Huda adalah sebuah pukulan telak bagi istri dan anaknya. Bayangkan, kelak ketika Persela bertanding, tak akan ada lagi seorang ayah yang meminta doa untuk kemenangan Persela.
Kini, Huda telah pergi. Ia menjadi inspirasi, tak hanya bagi warga Lamongan, tapi bagi negeri ini. Inspirasi dari Huda itu yang membuat Ernest Prakasa menginisiasi galang dana untuk keluarga Choirul Huda melalui halaman kitabisa.com/choirulhuda. Ia berhasil mengumpulkan Rp 17 juta dari 123 donatur. Donasi ini sepenuhnya digunakan untuk membantu keluarga kecil Choirul Huda.
Setiap satu sen rupiah dukungan tersebut adalah tanda bahwa Choirul Huda bukan sekadar seorang kiper, Choirul Huda adalah seorang legenda.
Bagikan cerita ini sebagai bentuk penghormatanmu pada Sang Legenda!
**
Kamu juga bisa inisiasi galang dana untuk bantu lingkungan sekitar mu. Klik gambar berikut untuk prose selanjutnya!