Stunting Mengancam Anak Indonesia

August 16, 2018
Oleh : 3PP Kitabisa

stunting

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak merupakan hal yang selalu diperhatikan oleh seluruh orang tua di dunia. Salah satu masalah pertumbuhan dan perkembangan anak di Indonesia adalah Stunting.

 

Mengenal Stunting

Stunting merupakan kata lain dari pendek yang merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan seorang anak lebih rendah dari standar tinggi badan anak seumurnya. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak yang dapat terjadi karena kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu lama, penyakit infeksi yang berulang, dan kurangnya kesempatan seorang anak untuk bermain dan belajar.

Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 9 juta anak di Indonesia mengalami stunting. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka stunting tertinggi dibandingkan dengan negara tetangga, yakni 37,2% (Riskesdas 2013).

 

Stunting dan Dampaknya di Sepanjang Kehidupan

Stunting merupakan salah satu chronic malnutrition atau malnutrisi kronis yang memiliki berbagai dampak buruk bagi kesehatan. Perkembangan fisik dan otak pada anak yang stunting menjadi terhambat. Anak-anak stunting biasanya lebih rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Anak yang stunting juga biasanya sulit untuk berprestasi di sekolah. World Health Organization (WHO) bahkan menyebutkan bahwa anak yang stunting memiliki skor IQ yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal.

Ibu hamil yang stunting, berisiko mengalami komplikasi saat melahirkan dan berisiko melahirkan anak yang stunting juga. Ketika dewasa, anak yang stunting memiliki risiko kegemukan yang lebih tinggi. Kegemukan ini juga akan meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.

Tingkat produktivitas anak yang stunting juga lebih rendah ketika dewasa nanti. Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet pada tahun 2007 menyebutkan anak yang stunting memiliki penghasilan 20% lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal. UNICEF bahkan menyebutkan stunting menyebabkan penurunan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hingga 3% dan menyebabkan kerugian di Indonesia hingga Rp 300 triliun per tahun.

Dalam jangka panjang, dampak stunting juga akan mempengaruhi pembangunan nasional karena tidak hanya berdampak pada masalah kesehatan tetapi juga ekonomi. Dampak stunting ini, akan terus berulang ibarat lingkaran tidak terputus dari satu generasi ke generasi berikutnya.

 

Stunting Tidak Dapat Diobati, Tapi Dapat Dicegah

Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan akibat stunting bersifat irreversible atau permanen. Namun demikian, stunting dapat dicegah dengan memperhatikan kecukupan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni sejak janin di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Masa 1000 HPK ini juga disebut sebagai window of opportunity atau peluang untuk mencegah anak mengalami stunting dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan lainnya.

Pencegahan stunting sudah dapat dimulai dari ibu hamil yang disarankan mengonsumsi sumber makanan bergizi, terutama protein, vitamin, dan mineral, agar perkembangan janin di dalam kandungan tidak terhambat dan ibu juga sehat hingga melahirkan dan menyusui. Setelah lahir, bayi sebaiknya diberikan ASI eksklusif, yakni pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, barulah ibu dapat memberikan makanan tambahan lainnya sesuai usia pertumbuhan bayinya sambil meneruskan pemberian ASI hingga 2 tahun.

Selain asupan gizi yang cukup, pencegahan stunting juga harus didukung oleh sumber air minum yang layak dan sanitasi yang baik. Misalnya, penggunaan jamban yang sehat, cuci tangan pakai sabun, dan pengolahan sampah yang baik. Lingkungan yang bersih membuat anak terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

Oleh karena itulah, 1000 HPK juga dikatakan sebagai golden period atau masa keemasan yang sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak hingga dewasa nanti.

Pencegahan stunting membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, tidak hanya dari sektor kesehatan. Baik pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat harus saling bahu-membahu untuk memutus rantai stunting, yakni dengan memastikan seluruh masyarakat di Indonesia mendapatkan makanan yang mencukupi kebutuhan gizinya dan mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. (Nurul Fadhilah, S.Gz.)


Seperti Alyssa, kamu juga bisa menolong keluarga, sahabat, atau tetanggamu yang sedang butuh bantuan biaya pengobatan dengan cara galang dana di Kitabisa. Melalui galang dana di Kitabisa, kamu bisa menerima donasi dari keluarga, sahabat, dan para donatur yang tergerak membantu.

Kamu bisa konsultasi galang dana untuk biaya pengobatan dengan cara, klik : ktbs.in/tanya atau kirim pesan WhatsApp ke nomor 081315532353.

galang dana online

Bagikan