7 Hal yang Wajib Kamu Tahu Soal Bayi Prematur

November 2, 2018
Oleh : Nova Zakiya

“Indonesia masih menempati urutan kelima sebagai negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia – (WHO, 2018).”

Apa itu Bayi Prematur?

Bayi prematur adalah semua bayi yang lahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Biasanya, bayi yang lahir prematur memicu kepanikan dan kekhawatiran dari para orangtua, baik saat proses kelahiran hingga tumbuh kembangnya.

Untuk menjawab kekhawatiran para orangtua tentang bayi prematur, Kitabisa mengadakan tanya jawab dengan DR. dr. Rinawati. R, SpA(K). Dokter Rina ini dikenal sebagai salah satu ahli bayi prematur di Indonesia. Ia bahkan mendapat julukan sebagai “neneknya para pejuang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)”.

Yuk simak ulasan selengkapnya seputar bayi prematur bersama dokter Rina di artikel ini.

 

Penyebab Bayi Lahir Prematur

Ada 3 penyebab bayi lahir prematur menurut dokter Rina, diantaranya:

  1. Riwayat kesehatan ibu

Kesehatan ibu menjadi poin yang sangat berpengaruh terhadap lahirnya bayi prematur. Ibu yang sakit-sakitan, asupan gizinya kurang baik, atau kondisi rahimnya lemah berpotensi untuk melahirkan bayi prematur. Tak hanya itu, ibu juga harus pintar-pintar mengatur kesibukannya karena bisa berpengaruh pada kesehatannya. Cukup istirahat dan hindari stress berlebih.

  1. Kondisi bayi dalam kandungan

Meski ibu sehat saat hamil, tapi bayi mengalami gangguan seperti tidak menunjukkan adanya pertumbuhan, jantung yang bermasalah atau ketubannya tidak ada, maka bayi terpaksa harus dikeluarkan sebelum usia cukup bulan (37 minggu). Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan bayi.

  1. Kondisi plasenta dan tali pusar

Jika terjadi pengapuran atau ada masalah di plasenta dan tali pusar, maka bayi harus segera dikeluarkan. Sebab, keduanya memiliki fungsi yang sangat penting bagi tumbuh kembang bayi dalam kandungan yaitu mengantarkan gizi dari makanan ibu.

 

Apa itu Neonatal Intensive Care Unit (NICU)?

Neonatal Intensive Care Unit atau NICU adalah ruangan khusus di rumah sakit untuk merawat bayi baru lahir yang memerlukan pengobatan atau perawatan khusus di bawah pemantauan tim dokter. Peralatan medis yang ada di NICU bisa dikatakan lengkap dengan teknologi yang canggih.

Jenis perawatan di NICU juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Ada yang tidak memerlukan infus, namun ada pula yang perlu dirawat di inkubator dan dipasang alat bantu napas. Dalam hal ini, dokter dan tim perawat akan memantau penuh sejauh mana perkembangan kesehatan bayi dari hari ke hari untuk diberikan penanganan yang tepat.

 

Tidak Semua Bayi Prematur Harus Masuk NICU

Banyak persepsi yang beredar bahwa semua bayi yang lahir prematur harus masuk NICU. Padahal, itu tergantung dari kondisi bayi dan usia kehamilan saat lahir. Dokter Rina mencontohkan, bayi yang lahir di usia kehamilan 35 atau 36 minggu juga disebut prematur. Namun biasanya, kondisinya sudah hampir cukup bulat sehingga tidak harus masuk NICU.

Jika kasusnya bayi lahir dengan berat badan rendah atau ada organ tubuh yang belum sempurna, maka solusinya ya harus mendapat perawatan di NICU sampai masalahnya selesai. Makin kecil atau makin muda bayinya, maka akan semakin lama dirawat karena ketidakmampuan bayi menjaga suhunya.

Bayi bisa keluar dari NICU jika sudah bisa bernapas dan mengisap dengan baik, serta tidak menderita kondisi yang mengancam nyawanya. Selain itu, harus disiapkan pula kondisi kedua orangtuanya untuk membiasakan merawat bayi NICU. Saran dari Dokter Rina, pembiasaan itu bisa dilakukan saat ibu sudah sehat (dari kondisi setelah melahirkan) dengan banyak bertanya kepada perawat.

 

Bayi Prematur Butuh Susu Formula Khusus?

Menurut dokter Rina, air susu ibu (ASI) memang yang terbaik untuk diberikan kepada bayi. Tapi, saat diberikan ASI Eksklusif ternyata tidak mencukupi kebutuhan gizinya, maka itu akan membahayakan bayi karena bisa mempengaruhi perkembangan otaknya. Orangtua dan dokter harus mendiskusikan apakah bayi perlu mengonsumsi susu formula untuk mencukupi kebutuhan gizinya.

Termasuk soal berat badan pada bayi prematur, orangtua harus paham apakah berat badannya memang proporsional dengan tinggi/panjang badan dan lingkar kepala bayi. Orangtua juga harus memahami grafik tumbuh kembang anak yang ada di buku KIA (Kesehatan Ibu Anak) untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Makanan Pendamping ASI (MPASI) juga harus tetap diberikan di usia yang seharusnya alias sama dengan usia MPASI bayi cukup bulan. Namun, ada aturan yang perlu diperhatikan, yaitu lengkapi dulu usia kurang bulannya.

Pada bayi prematur, ada yang disebut usia koreksi yaitu usia sebenarnya dikurangi dengan bulan dimana dia lahir. Dalam dunia kedokteran, usia cukup lahir itu 40 minggu. Jadi, jika bayi lahir di usia 34 bulan, artinya dia masih kurang 6 minggu untuk ke usia cukup lahir. Dokter Rina menyarankan sebaiknya selesaikan dulu pemenuhan gizinya sampai genap 40 minggu.

 

Memantau Tumbuh Kembang Bayi Prematur

Tumbuh kembang pada seseorang berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Dokter Rina menjelaskan, pertumbuhan otak tersebut paling pesat terjadi pada trimester awal dan trimester akhir kehamilan sampai usia 2 tahun. Dalam kurun waktu ini, 85% volume otak terbentuk.

Pada bayi prematur, pertumbuhan otak ini harus sangat diperhatikan dan dijaga asupan nutrisinya. Selain itu, orangtua harus rajin menstimulasi sehingga tumbuh kembang anak bisa berjalan dengan baik.  Menurut dokter Rina, mengajari bayi prematur harus lebih sabar dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan, tapi dia harus punya kesempatan yang sama.

Konsultasikan pula dengan dokter anak (spesialis tumbuh kembang) untuk mengetahui apakah anaknya (yang lahir prematur) mengalami permasalahan pada tumbuh kembangnya. Semakin awal diketahui, maka semakin mudah untuk diantisipasi dan diberikan penanganan yang tepat.

 

Cara Terbaik Merawat Bayi Prematur

Merawat bayi prematur sama halnya dengan merawat bayi yang lahir pada usia cukup bulan, seperti menggendong saat bayi menangis atau menyusu langsung dari puting ibu. Perawatan bayi lekat (kangaroo care) juga disarankan agar bayi merasa hangat, mudah untuk menyusu, dan merasa terlindungi. Namun, yang perlu dipastikan adalah ibu tidak berpenyakit menular sehingga aman bagi kesehatan bayi.

 

Mitos Seputar Bayi Prematur

  • Bayi premature pasti down syndrome

Mitos. Tidak semua bayi prematur terlahir down syndrome. Pada dasarnya, bayi cukup umur pun bisa mengalami down syndrome karena penyebab down syndrome terjadi saat pertama pembuahan.

  • Bayi dengan posisi sungsang berisiko lahir prematur

Mitos. Posisi bayi tidak mempengaruhi usia kelahiran.

  • Makan makanan pedas menyebabkan bayi lahir prematur

Mitos. Makan makanan pedas sama sekali tidak berpengaruh pada kelahiran bayi prematur. Kecuali, ibu makan makanan pedas secara berlebihan sehingga diare dan stress sehingga mempengaruhi kandungan.

  • Bayi lahir prematur berpengaruh pada kecerdasannya di kemudian hari

Mitos. Kecerdasan seseorang tidak terpengaruh dari dia lahir prematur atau tidak, tapi dipengaruhi genetik orangtua dan stimulasi yang didapat. Inilah pentingnya pendidikan ibu untuk menjaga asupan gizi dari si anak.

  • Ibu yang sebelumnya melahirkan bayi prematur akan kembali melahirkan bayi prematur pada anak keduanya

Mitos. Kelahiran prematur tidak menurun tapi tergantung dari kondisi kesehatan dan asupan gizi ibu saat hamil.

 

Cara Mencegah Bayi Lahir Prematur

Kelahiran bayi prematur bisa dicegah dengan beberapa cara. Pertama, bagi calon pengantin sebaiknya periksa kesehatan sebelum menikah, seperti cek kadar HB, zat besi, golongan darah untuk mengetahui apakah ada kecenderungan kelainan darah. Penuhi pula asupan gizi dengan makan 4 sehat 5 sempurna (khususnya protein untuk perkembangan otak dan vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari langsung). Sehingga saat menikah dan langsung hamil, kondisi ibu sudah siap dan anak bisa lahir dengan sehat.

Kedua, jika sebelumnya ibu sudah melahirkan bayi prematur, maka harus dicari tahu apa penyebabnya. Contohnya, saat ibu mengalami anemia, ya harus diterapi terlebih dahulu sampai anemianya sembuh baru boleh hamil. Jadi tidak terbukti kalau prematur itu menurun asalkan ada persiapan kehamilan yang bagus (dalam hal kesehatan).

Ketiga, pentingnya dukungan suami saat istri hamil, baik dukungan fisik maupun psikologis. Hal ini dilakukan untuk menjaga mood ibu hamil sehingga tidak mudah stress.

Nah, kesimpulannya dari tanya jawab kali ini adalah kita harus menyadari betapa pentingnya hidup sehat dan cukup nutrisi, baik makro maupun mikro. Karena kurang sedikit saja asupan gizinya, bisa berdampak langsung untuk kesehatan ibu hamil (risiko terjadi preeklamsia) atau ke kondisi bayinya. Perencanaan kehamilan juga harus dipertimbangkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Kamu juga bisa baca selengkapnya soal “Tanya Jawab Bayi Prematur” di Instagram Kitabisa.


Jika kamu punya keluarga, sahabat atau siapapun yang melahirkan bayinya secara prematur dan harus dirawat di NICU sehingga butuh biaya pengobatan cukup besar, kamu bisa galang dana di Kitabisa.

Kamu juga bisa bantu biaya pengobatan mereka yang sedang berjuang dengan autoimun. Caranya, kamu bisa berdonasi di halaman Kitabisa atau Aplikasi Kitabisa. Dengan Aplikasi Kitabisa, kamu dapat berdonasi secara online dimanapun dan kapanpun. Yuk, download Aplikasi Kitabisa dan bantu mereka yang butuh bantuan biaya pengobatan!

 

Bagikan