Kisah Putra sempat ramai di media sosial. Di usia 12 tahun, Putra berjualan cilok keliling untuk membiayai kehidupannya bersama kedua adiknya.
Muhammad Saputra atau yang akrab disapa Putra tinggal di tempat pengepul rongsokan di Jl. H. Sarmili, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Selain dengan kedua adiknya, Putra juga tinggal di sana bersama kakaknya, Siti Julaiha yang berusia 17 tahun.
Perjuangan Putra untuk Sekolah
Putra adalah siswa kelas 3 SD 01 Jurang Mangu Timur. Jika melihat umurnya yang menginjak 12 tahun, Putra seharusnya sudah berada di kelas 6 SD atau 1 SMP. Namun, ia sempat putus sekolah karena mengikuti orang tuanya pergi ke Indramayu. Setelah beberapa tahun meninggalkan bangku pendidikan, Putra akhirnya melanjutkan sekolah dan memulai lagi dari kelas 3 SD. Walau begitu, Putra tidak pernah merasa malu kepada teman-temannya. Ia tetap semangat untuk belajar, meski tertinggal pelajaran dan terkadang mengalami kesulitan untuk membaca.
Baca juga:
Inem Jogja: Menebar Kebaikan dengan Cara Unik
Medali Ryuji untuk Adit
Kepergian Orang Tua Putra
Kehidupan Putra berbeda dengan anak-anak seusianya. Sepulang sekolah, Putra tidak bisa pergi bermain, karena ia harus berjualan cilok keliling untuk menghidupi kedua adiknya yang masih kecil. Putra adalah seorang yatim piatu. Ayah Putra meninggal karena penyakit paru-paru, sementara ibunya meninggal saat melahirkan adik bungsunya. Kakaknya, Julaiha, sudah menikah dan suaminya bekerja sebagai sopir angkot. Kehidupannya bisa dibilang jauh dari kata cukup. Maka dari itu, Putra rela meninggalkan waktu bermainnya untuk mencari nafkah bagi adik-adiknya.
Perjalanan Putra untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup
Setiap waktu istirahat, Julaiha akan mengantarkan cilok dagangan ke sekolah Putra. Saat jam istirahat, teman-teman Putra sering membeli cilok buatan kakaknya itu. Pulang sekolah, Putra akan berkeliling daerah Bintaro untuk menjajakan cilok tusuknya menggunakan sepeda yang telah ia modifikasi. Sementara Putra berjualan cilok, Julaiha merawat kedua adiknya di rumah. Biasanya, Putra selesai berjualan pukul 9 malam. Bahkan, Putra juga pernah pulang jam 12 malam karena dagangannya tidak laku-laku. Jika dagangannya tidak habis, Putra dengan senang hati membagikan ciloknya tersebut ke para tetangga.
Baca juga:
Semangat Dadang Dirikan Yayasan Mentari Hati
Juru Parkir Pendiri Rumah Lentera untuk Anak-anak Dengan HIV
Impian Putra untuk Masa Depan Kedua Adiknya
Putra tidak pernah putus asa dan selalu menjalani hari-harinya dengan ceria. Dengan berjualan cilok tusuk keliling, Putra berharap bisa selalu membahagiakan kedua adiknya. Ia berencana untuk terus berjualan cilok sampai kedua adiknya besar dan bisa bersekolah tinggi. Tak hanya itu, Putra juga rajin menyisihkan uang hasil berjualan cilok tusuk untuk mewujudkan cita-citanya yaitu membeli rumah sendiri. Putra percaya bahwa semua kerja keras yang dilakukannya saat ini akan membawa kebahagiaan untuk dirinya, juga adik-adik dan kakaknya.
Kamu bisa bantu perjuangan Putra untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berdonasi di Kitabisa. Untuk berdonasi, kamu bisa klik “Donasi Sekarang.” Atau selain Putra, masih banyak kisah lain yang membutuhkan donasi kamu. Kamu bisa membantu para pejuang seperti Putra dengan memberikan donasi di sini. Bantuan dari kamu tentunya akan sangat berarti dan membantu secara tepat.