Hidrosefalus Sebagai Salah Satu Resiko Kelainan Kongenital Pada Anak

March 21, 2019
Oleh : Kitabisa

Kelainan kongenital atau kelainan bawaan terjadi kurang lebih 15 per 1000 kelahiran dengan jenis penyakit yang bervariasi. Hal ini menyebabkan kelainan kongenital pada bayi baru lahir merupakan penyebab kematian nomor tiga dari kematian bayi dibawah umur satu tahun.

 

Apa itu Kelainan Kongenital?

Kelainan Kongenital adalah suatu kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi.

 

Penyebab Kelainan Kongenital

Hidrosefalus Sebagai Salah Satu Resiko Kelainan Kongenital Pada Anak

Kelainan kongenital kadang-kadang sukar ditentukan pada saat bayi baru lahir. Kurang lebih 65%-75% dari kelainan kongenital tidak diketahui penyebabnya dengan pasti, 10%-25% disebabkan oleh faktor genetik dan 10% disebabkan oleh faktor lingkungan. Namun, kelainan kongenital umumnya disebabkan oleh embriogenesis abnormal atau kegagalan embriogenesis yang terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:

  • Genetik
  • Faktor kromosom
  • Lingkungan
  • Faktor usia
  • Adanya infeksi
  • Obat
  • Faktor hormonal
  • Radiasi
  • Faktor fisik pada rahim
  • Gizi
  • Riwayat kesehatan ibu
  • Paritas
  • Jarak kehamilan atau multi faktoral atau gabungan dari berbagai faktor

Berdasarkan hasil penelitian, kejadian kelainan kongenital yang disebabkan oleh riwayat kesehatan ibu mempunyai risiko sebesar 40,25 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.

Setiap proses yang mengganggu janin dapat berakibat pertumbuhan organ yang salah misalnya otak, jantung atau seluruh janin bahkan hingga gangguan bentuk atau kematian. Kegagalan atau ketidaksempurnaan dalam proses embriogenesis dapat menyebabkan terjadinya malformasi pada jaringan atau organ.

Kelainan kongenital dapat dibedakan menjadi kongenital mayor, yaitu kelainan struktur yang memerlukan pengelolaan medis yang serius, pembedahan ataupun bedah plastik dan berpengaruh pada morbiditas atau mortalitasnya. Sedangkan, kongenital minor adalah kelainan kongenital yang tidak memerlukan pengelolaan khusus, dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan normal penderita.

 

Hidrosefalus Sebagai Salah Satu Resiko Kelainan Kongenital Mayor Pada Anak

Hidrosefalus Sebagai Salah Satu Resiko Kelainan Kongenital Pada Anak

Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelainan patologis otak. Gangguan ini mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi hingga menyebabkan kelebihan cairan serebrospinal pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%.

Kondisi Hidrosefalus Kongenital terjadi sejak bayi baru dilahirkan. Bayi yang mengalami hidrosefalus bawaan, kepalanya akan terlihat sangat besar atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi tumbuh cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir. Ubun-ubun atau fontanel mereka akan tampak menggelembung dan menegang. Dikarenakan kulit kepala bayi masih tipis, maka penggelembungan tersebut membuat urat-urat kepala menjadi terlihat dengan jelas. Bayi-bayi dengan hidrosefalus, memiliki mata yang terlihat seperti memandang ke bawah karena mengalami gangguan melirik ke atas, gangguan pergerakan bola mata, otot-otot kaki terlihat kaku, serta rentan mengalami kejang. Gejala-gejala hidrosefalus bawaan lainnya adalah mudah mengantuk, mual, rewel, dan susah makan.

 

Kasus Hidrosefalus Kongenital di Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan besaran dari kelainan kongenital berupa kebanyakan terjadi pada bayi laki-laki yaitu sebanyak 59% dari kelahiran dengan kelainan kongenital secara keseluruhan. Salah satu kasus kelainan kongenital di  Indonesia diderita oleh Putra Sagaluh, seorang anak laki-laki yang sudah sejak lahir mengidap penyakit hidrosefalus atau yang biasa disebut dengan kelainan kongenital pada bayi sejak dilahirkan. Sang dokter yang merawatnya menyatakan Galuh menderita hidrosefalus karena ada penyempitan pada saraf di lehernya. Sejak usia dua tahun kepalanya mulai membengkak dan sering menangis karena rasa sakit yang dideritanya.

Galuh, anak sulung dari dua bersaudara yang merupakan  anak dari pasangan mualaf yang bernama Abdul Rohman (31 tahun) dan Neneng Sariyani (25 tahun) asal Desa Alur Pinang, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, ini sudah sejak lahir mengidap penyakit hidrosefalus atau yang biasa disebut dengan kelainan kongenital pada bayi sejak dilahirkan Abdul Rohman, Ayah Galuh, mengatakan bahwa anak lelakinya sangat sering menangis terutama ketika malam dikarenakan sakit yang ditimbulkan oleh penyakit yang diidap anaknya tersebut terus berlarut. Dirinya beserta sang istri sudah beberapa kali membawa galuh berobat. Namun masih sebatas perobatan yang seadanya sedangkan untuk menangani penyakit yang dialami galuh harus melalui proses meja operasi yang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ditulis Oleh: Shelia Lauvita


Kamu dapat berbagi kasih dan memberikan dukungan kepada penderita lain yang membutuhkan kepedulian dan dukungan kita untuk bertahan melawan penyakitnya dengan cara berdonasi melalui Kitabisa.com. Bantuan dari kamu akan sangat berarti dan membantu bagi penderita serta keluarga.

banner_donasi_biaya_pengobatan

Bagikan