Curhatan Pasien COVID-19: “Tak Ada Waktu Berduka Untuk Saya”

Jumlah pasien COVID-19 di Indonesia setiap harinya terus bertambah. Puluhan ribu orang terinfeksi, belasan ribu dalam pengawasan, serta ribuan orang dinyatakan meninggal dunia. Sejak COVID-19 mewabah, tak ada seorang pun yang tak terkena dampaknya. Jumlah pasien positif bertambah setiap harinya, termasuk keluarga Pak Panji. 

Pak Panji dan sang ibu mendirikan Rumah Makan Padang di Utara Jakarta. Rumah Makan Padang ini menjadi salah satu sumber utama pemasukan keluarganya, walau Pak Panji tetap bekerja di perusahaan retail swasta. Namun di tengah pandemi, perusahaan terpaksa merumahkan Pak Panji. Di waktu yang sama, Rumah Makan Padang yang ia miliki juga berhenti beroperasi sementara.

 

Pak Panji Kehilangan Sang Ibunda

Cobaan tak kunjung usai bagi Pak Panji. Sang Ibu mengalami demam yang berkepanjangan. Pak Panji sempat membawa ibunya untuk berobat, namun kesehatannya terus menurun. Bahkan, sang ibu harus menggunakan alat bantu pernapasan.

Tak ada rasa curiga bahwa sang Ibu akan menderita penyakit yang berat. Namun setelah diperiksa lebih lanjut, diketahui Ibunda Pak Panji terinfeksi COVID-19. Pak Panji pun harus berpisah dengan sang ibu yang saat itu harus segera diisolasi.

Setibanya di rumah, Pak Panji bersama keluarganya melakukan isolasi mandiri sementara, sampai Dinas Kesehatan datang dan memeriksa mereka. Belum juga mereka melakukan test SWAB, sang ibu dinyatakan meninggal dunia. 

 

Tak Ada Waktu untuk Pak Panji dan Keluarga Berduka

Tak disangka, waktu dimana Pak Panji mengantarkan sang Ibu ke rumah sakit adalah kesempatan terakhirnya bertemu dengan sang ibu. Di tengah kesedihan kehilangan sang Ibu, Pak Panji dan keluarganya berusaha tetap tegar dan mengikuti semua protokol kesehatan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan. 

“Tak ada waktu untuk kami berduka. Kabar meninggalnya ibu karena COVID-19 telah diketahui warga. Mereka yang gempar pun menatap kami dengan penuh curiga. Sangat khawatir, kami membawa virus ke perkampungan setempat. Padahal, kami pun tahu diri. Lakukan isolasi mandiri, sampai dinas kesehatan mengabarkan hasil tesnya,” cerita Pak Panji.

Pak Panji dan keluarga harus menjalani isolasi di Wisma Atlet, sambil menunggu hasil tes. Semua itu dilakukan karena mereka berkontak langsung dengan sang Ibu yang sebelumnya dinyatakan sebagai pasien COVID-19. Benar saja, beberapa hari kemudian hasil tes menyatakan bahwa Pak Panji dan keluarganya positif COVID-19 sebagai OTG (Orang Tanpa Gejala).

 

Bantuan untuk Pasien COVID-19

Curhatan Pasien COVID-19: “Tak Ada Waktu Berduka Untuk Saya”

Duka kehilangan sang Ibu belum hilang, Pak Panji harus menerima kenyataan bahwa ia dan keluarganya menjadi pasien positif COVID-19. Pak Panji khawatir dengan kondisi keluarganya. Kondisi perekonomian keluarganya juga sedang kurang baik karena tidak ada pemasukan sama sekali, baik dari pekerjaannya atau dari Rumah Makan Padang keluarganya. Bahkan, kecewa pun dirasakan Pak Panji dan keluarga, mengingat orang-orang terdekat mereka menganggap risih keluarga Pak Panji karena menjadi pasien COVID-19. 

Keluarga Baru Siap #SalingJaga Pasien COVID-19

Di tengah keadaan yang sulit, Pak Panji teringat tentang Kitabisa Saling Jaga, keluarga barunya yang dapat #SalingJaga. Pak Panji mengajukan biaya bantuan hidup donatur positif COVID-19 di Saling Jaga senilai Rp 5 juta. Dalam waktu kurang dari 10 hari, dana bersama Saling Jaga berhasil disalurkan untuk bantu Pak Panji dan keluarga. Tentunya, bantuan diberikan setelah melalui proses validasi tim Kitabisa Saling Jaga.


Seperti Pak Panji yang lindungi keluarganya di saat pandemi, kamu juga bisa ikut daftarkan diri dan keluargamu di Kitabisa Saling Jaga. Lewat Saling Jaga, kamu bisa mendapat perlindungan kesehatan COVID-19 dan 54 penyakit kritis. 

daftar Kitabisa Saling Jaga