Atresia duodenum merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada organ pencernaan yakni usus dua belas jari atau duodenum. Ini terjadi ketika usus bagian mengalami diskontinuitas yang kemudian membuat aliran makanan ke saluran pencernaan selanjutnya terhalang atau tersumbat.
Kelainan ini biasanya bisa dilihat dalam 20 minggu pertama atau di trisemester pertama kehamilan. Namun tidak sedikit kasus atresia duodenum baru ketahuan setelah bayi lahir tepatnya 24-38 jam pertama setelah kelahiran. Ini biasanya ditandai dengan muntahnya bayi setelah disusui untuk pertama kali.
Kelainan ini bisa berupa masalah tunggal (yang tidak disertai dengan masalah kesehatan lain). Tapi kasus atresia duodenum kerap ditemukan pada bayi yang lahir dengan Down syndrome atau trisomi 21. Sebanyak 1 dari 3 bayi yang mengalami kelainan usus dua belas jari ini adalah bayi dengan Down syndrome.
Gejala Atresia Duodenum
Meski bisa didiagnosis dengan pemeriksaan USG dan X-ray, bayi yang mengalami kelainan ini akan mengalami beberapa gejala antara lain:
- Membengkaknya perut bagian atas (gejala ini jarang terjadi)
- Sumbatan pada usus membuat anak kesulitan untuk makan dan minum
- Bayi tidak buang air besar dan air kecil
- Muntah meskipun tidak makan atau minum dalam beberapa jam. Cairan muntah ini biasanya berwarna kehijauan dan dapat terjadi berulang kali
Jika bayi yang baru lahir mengalami salah satu dari tanda-tanda di atas, dokter biasanya akan menyarankan orang tua untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Penyebab Atresia Duodenum
Obstruksi atau penyumbatan pada usus merupakan salah satu penyebab munculnya kelainan pada duodenum. Hingga saat ini belum ada penjelasan yang lengkap mengenai bagaimana kelainan ini bisa terjadi. Namun kesalahan pembentukan usus dua belas jari pada minggu ke delapan hingga kesepuluh saat dalam kandungan dianggap sebagai faktor utamanya. Singkatnya, gangguan ini terjadi karena gangguan embriologi yang terjadi di masa-masa awal kehamilan.
Dokter biasanya sudah bisa melihat adanya kelainan ini sejak dalam kandungan. Namun diagnosis pasti hanya bisa dilakukan setelah kelahiran. Selain dengan memerhatikan gejala, pemeriksaan pendukung juga akan dilakukan sebelum prosedur lanjutan dilaksanakan.
Baca juga:
Kenali 6 Jenis Penyakit Pencernaan Berikut
Ciri-ciri Kanker Usus yang Masih Jarang Diketahui
Pengobatan pada Pasien Atresia Duodenum
Dengan penanganan yang tepat, angka harapan hidup pada bayi yang menderita kelainan ini bisa mencapai 95%. Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan oleh tenaga medis antara lain:
- Menyedot cairan yang terperangkap di dalam usus. Ini penting dilakukan agar bayi tidak muntah
- Memberikan cairan infus intravena. Karena bayi belum bisa mendapatkan asupan makanan dengan cara normal, maka memberikannya lewat infus akan membantunya mendapatkan energi
- Pembedahan. Setelah melakukan penyedotan dan pemberian cairan infus, dokter akan melakukan operasi untuk menyambung kembali bagian usus yang tersumbat. Dengan begitu, makanan yang masuk ke dalam perut bisa diproses dan dicerna dengan baik.
Untuk mengantisipasi masalah kelainan dalam kandungan seperti ini, ibu perlu melakukan pemeriksaan secara berkala. Semakin cepat kelainan diketahui, semakin mudah tenaga kesehatan melakukan antisipasi. Proses penyembuhannya juga bisa berjalan dengan lebih baik.
Karena operasi adalah jalan pengobatan satu-satunya yang dapat ditempuh agar bisa kembali normal, pasien atresia duodenum memerlukan biaya penyembuhan yang tidak sedikit. Nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Kamu bisa bantu mereka yang sedang berjuang dengan atresia duodenum dan butuh biaya pengobatan besar dengan donasi di Kitabisa. Caranya, klik gambar di bawah ini.