Budi Soehardi adalah mantan pilot Indonesia yang kini mendirikan Panti Asuhan Roslin. Ia rela meninggalkan profesinya sebagai pilot demi membantu anak-anak terlantar di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Budi Soehardi atau yang akrab disapa Kapten Budi adalah pendiri Panti Asuhan Roslin. Bersama dengan istrinya, Peggy, ia merawat dan mendidik anak-anak terlantar di Kupang. Anak-anak tersebut merupakan para korban dan pengungsi konflik di Timur Indonesia. Mereka semua datang dari berbagai latar belakang. Kondisi anak-anak yang memprihatinkan menggerakkan hati Kapten Budi dan istrinya. Mereka memutuskan untuk membantu anak-anak yang terlantar, merawat mereka dengan penuh kasih sayang.
Tergeraknya Hati Kapten Budi untuk Membantu Anak Terlantar
Saat itu, Kapten Budi Soehardi dan istrinya sedang berada di Singapura. Secara tidak sengaja ia melihat tayang tentang kerusuhan yang terjadi di Timur Indonesia. Konflik yang terjadi sangat memprihatinkan, sehingga banyak masyarakat yang berusaha menyelamatkan diri ke daerah-daerah yang lebih aman. Banyak keluarga tinggal di gubuk pengungsian, anak-anak yang memakai baju lusuh, makanan yang sulit didapatkan, serta tidak adanya sanitasi yang baik. Hal itu membuat para pengungsi dengan mudah terserang penyakit. Tak hanya itu, ratusan ribu orang menjadi korban, ribuan orang kehilangan rumah mereka, dan ratusan anak-anak berpisah dengan orangtuanya.
Melihat konflik yang terjadi, Kapten Budi dan keluarganya membatalkan rencana liburannya. Mereka akhirnya memutuskan untuk membuat liburannya lebih bermakna dengan cara yang berbeda, yaitu membantu anak-anak terlantar di daerah NTT.
Kapten Budi dan Peggy mengumpulkan berbagai jenis bantuan, mulai dari makanan, baju, dan beberapa kebutuhan lainnya. Bersama dengan teman-temannya dan relawan, Kapten Budi mengunjungi wilayah yang terjadi konflik dan mengirimkan 40 ton lebih makanan, bantuan medis, dan perlengkapan MCK di tenda-tenda pengungsian. Selama memberikan bantuan, Kapten Budi dan Peggy semakin tergerak untuk membantu lebih dan merasa harus melakukan suatu perubahan. Mereka berpikir bahwa cara yang dilakukan kurang tepat, melihat kondisi anak-anak yang terlantar karena kehilangan orang tua mereka. Dari situlah Kapten Budi memutuskan untuk merawat dan membesarkan anak-anak yang ada di pengungsian.
Perjalanan Kapten Budi Memulai Panti Asuhan Roslin
Keinginan untuk melakukan hal yang lebih bagi anak-anak terlantar mendorong Peggy berinisiatif untuk membangun tempat tinggal. Awalnya, Peggy meminta izin untuk membangun 3 ruangan, kemudian berlanjut menjadi 9 ruangan. Semakin banyaknya ruangan yang didirikan, Kapten Budi dan Peggy akhirnya memutuskan untuk memabngun panti asuhan.
Dalam waktu 11 bulan, panti asuhan berhasil dibangun dengan nama Panti Asuhan Roslin. Mulai April 2002, Panti Asuhan Roslin mulai beroperasi dan menjadi rumah bagi 4 orang anak asuh. Sejak saat itu, panti asuhan terus berkembang, baik dari segi ruangan maupun jumlah anak-anak yang diasuh.
Tinggalkan Profesi Pilot untuk Bangun Panti Asuhan
Saat awal merintis panti asuhan, Kapten Budi adalah seorang pilot. Namun sejak 2015, ia mundur dari dunia penerbangan dan memutuskan untuk fokus merawat anak-anak asuhnya. Ia mendedikasikan seluruh waktunya untuk anak-anak di panti asuhan. Kapten Budi merasa, sudah cukup baginya untuk menjalankan tugas sebagai pilot, dan kini tugasnya adalah membantu dan merawat anak-anak terlantar dengan penuh kasih sayang.
Kapten Budi dan Peggy Mengajarkan Pendidikan dan Keahlian
Panti yang didirikan Kapten Budi dan Peggy menjadi tempat tinggal bagi anak-anak yang terlantar. Di tempat ini, mereka juga mendapatkan pelayanan pendidikan, baik pendidikan akademik atau keterampilan lain, makanan sehat, dan kasih sayang orang tua. Kapten Budi dan Peggy mendidik serta merawat anak-anak asuh mereka dengan penuh kasih sayang, seperti kepada anak kandung sendiri.
Kapten Budi dan Peggy juga mengajarkan anak-anak untuk bercocok tanam. Pada awalnya, tanah yang mereka tempati adalah tanah kering yang sulit ditanami tumbuhan. Namun, keduanya mencoba untuk mengubah tanah itu menjadi subur dengan membuat saluran irigasi. Saat ini, kebun yang dimiliki Panti Asuhan Roslin mampu memenuhi kebutuhan pangan anak-anak setiap hari. Keberhasilan ini membuat Kapten Budi dan Peggy mengejarkan cara bertanam kepada anak-anak meskipun mereka berdua tidak memiliki latar belakang bercocok tanam. Keduanya berusaha melengkapi anak asuhnya dengan berbagai keahlian, di luar kemampuan akademik, mengajarkan kepercayaan diri, tanggung jawab, dan kejujuran.
Penghargaan yang Diterima Kapten Budi
Perjuangan dan semangat Kapten Budi bersama istrinya untuk membangun Panti Asuhan Roslin membuahkan hasil yang luar biasa. Berkat panti ini, ratusan anak terlantar di daerah Kupang bisa hidup dengan layak dan mendapatkan pendidikan. Sementara itu, atas kerja kerasnya, Kapten Budi mendapatkan penghargaan CNN Heroes pada tahun 1999. Dari penghargaan itu, banyak orang yang semakin mengenal Kapten Budi dan turut serta membantu pengembangan Panti Asuhan Roslin.
Seperti kapten Budi yang membantu anak-anak di NTT, kamu juga bisa berbagi kasih untuk mereka yang membutuhkan dengan donasi di Kitabisa. Caranya, klik gambar di bawah ini.