Rabies sering disebut sebagai penyakit “anjing gila.” Penyakit ini sebetulnya merupakan infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf. Risiko kematian mengintai penyakit ini dan membuatnya tergolong penyakit sangat berbahaya.
Data tahun 2017 menunjukkan, ada lebih dari 25.000 kasus gigitan hewan yang menularkan rabies di Indonesia. Pemberian vaksin antirabies dilakukan, tetapi pada tahun tersebut penyakit ini memakan 90 korban jiwa.
Apa yang menyebabkan penyakit ini terjadi? Bagaimana kamu bisa mencegah penyakit berbahaya ini? Simak penjelasan berikut.
Apa itu Rabies?
Sebutan penyakit “anjing gila” lebih populer di masyarakat sebab virus rabies ditularkan dari hewan liar. Beberapa hewan liar bisa menyebarkan virus itu, seperti rubah, kelelawar, rakun, dan sigung. Namun, hewan peliharaan seperti anjing dan kucing juga bisa terinfeksi virus ini.
Manusia bisa mengalami penyakit ini jika terkena gigitan oleh hewan yang positif terinfeksi virus tersebut. Ketika beberapa gejala mulai tampak dan tidak segera tertangani, potensi kerusakan sistem saraf pusat dan otak begitu tinggi, sehingga bisa berakibat fatal bagi penderitanya, seperti kematian.
Penyebab Rabies
Program vaksin rabies bagi hewan-hewan liar memang sudah digalakkan, tetapi kasus serupa terus berulang. Banyak kasus muncul akibat penderita terkena gigitan anjing yang lebih dulu terinfeksi virus tersebut. Angka kematian penyakit berbahaya ini paling tinggi terjadi di negara dengan fasilitas kesehatan yang kurang memadai, khususnya kawasan Asia dan Afrika.
Namun, tak jarang minimnya sosialisasi bahaya penyakit “anjing gila” ini turut berpengaruh pada angka kasus penyakit di suatu negara. Apalagi, semua usia dapat mengalami penyakit tersebut dengan rata-rata 40% penderita berusia 15 tahun ke bawah atau usia anak-anak.
Virus rhadovirus pada air liur hewan yang telah terinfeksi menjadi penyebab utama mengapa penyakit ini bisa menular begitu cepat melalui gigitan hewan tersebut. Meskipun jarang terjadi, penyebaran virus ini bisa juga melalui air liur yang terinfeksi masuk dalam luka terbuka atau membran mukosa (mata atau mulut). Contoh, hewan terinfeksi menjilat luka terbuka di bagian tubuh kamu.
Virus penyakit ini umumnya dibawa hewan mamalia. Untuk jenis hewan peliharaan, penyebaran virus bisa terjadi melalui hewan pembawa virus seperti anjing, kucing, sapi, kuda, dan kambing. Sementara, beberapa jenis hewan liar dapat menularkan virus ini, antara lain monyet, berang-berang, kelelawar, rakun, dan sigung.
Faktor Risiko Penularan Penyakit
Beberapa faktor risiko bisa meningkatkan kemungkinan seseorang tertular penyakit ini, antara lain:
- Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hewan liar, seperti penjelajahan gua yang menjadi habitat kelelawar
- Melakukan pekerjaan yang sering menangani hewan, seperti penjaga kebun binatang atau dokter hewan
- Bepergian ke daerah yang sedang mengalami kejadian penyakit rabies
- Belum memvaksin hewan peliharaan atau hewan ternak.
Pencegahan Rabies
Begitu penularan virus ini terjadi, penyebarannya bisa begitu cepat dan sulit dihentikan. Maka, mengantisipasi lewat pencegahan selalu lebih baik ketimbang menyembuhkan dengan pengobatan. Untuk itu, kamu bisa melakukan beberapa tindakan pencegahan berikut.
- Memberikan vaksinasi pada hewan peliharaan dan hewan ternak. Cukup dengan membawa hewan peliharaan kamu ke dokter hewan untuk melakukan suntik vaksinasi.
- Menjaga hewan peliharaan kamu dari lingkungan luar. Hal ini perlu untuk menekan risiko terjadinya kontak antara hewan peliharaanmu dan hewan liar.
- Segera lapor ke pihak berwenang jika menjumpai hewan liar di daerah domisili kamu. Pihak berwenang akan menindaklanjuti laporan kamu dengan menampung hewan liar itu dan melakukan pemberian vaksinasi.
- Bekali diri dengan vaksinasi sebelum berlibur ke luar negeri, khususnya ke negara yang tengah terjangkit wabah ini.
Kamu bisa bantu mereka yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan dengan cara berdonasi di Kitabisa. Untuk berdonasi, klik gambar di bawah ini!