Pernahkah kamu terbayang bagaimana perjuangan seorang bayi berusia 2 hari yang harus menghadapi operasi bedah? Mungkin hampir terasa tidak mungkin kalau anak semuda itu mampu melewati kondisi tersebut dengan mudah.
Sepertinya, anggapan itu tidak berlaku bagi Arthur. Putra pertama dari Setiadi Lie dan Dwi Octaviane ini memang layak disebut sebagai fighter. Di usianya yang baru 2 hari, ia harus menghadapi operasi bedah karena terlahir prematur dan memiliki masalah pernapasan.
Yuk, simak kisah inspiratif keberhasilan Bayi Arthur sebagai NICUFighters di bawah ini.
Baru Lahir, Arthur Langsung Pakai Ventilator dan PICC
A post shared by Kitabisa.com (@kitabisacom) on
Kelahiran Arthur pada tanggal 4 Januari 2018 sangatlah dinanti oleh kedua orang tuanya. Hanya saja karena suatu kondisi, Arthur harus terlahir prematur di minggu ke-32 melalui proses Caesar. Baru lahir, Arthur langsung dimasukkan ke dalam ruang NICU lengkap dengan alat bantu Ventilator.
Ventilator menjadi alat bantu pertama yang digunakan oleh Arthur saat baru lahir karena fungsi paru-parunya yang belum sempurna. Tidak hanya ventilator, satu per satu alat lainnya pun dipasangkan ke dalam tubuh Arthur.
Mulai dari Intubasi ETT, pemasangan UVC, dan UAC, periksa rontgen, hingga ventilator HFO yang berfrekuensi berat. Semua ini dilakukan demi memudahkan pertukaran udara di paru-paru Arthur secara optimal.
Belum cukup dengan alat bantu pernapasan, dokter kemudian menyarankan untuk melakukan operasi bedah untuk memasang PICC supaya nutrisi dan obat bisa masuk ke dalam tubuh Arthur dengan lancar.
Arthur dan Diagnosa PPHN (Persistent Pulmonary Hypertension in the Neonate)
Setelah dipasang PICC dan ventilator, kondisi Arthur sedikit demi sedikit membaik. Hasil dari beberapa analisa pun menghasilkan angka yang lebih baik dari sebelumnya. Tentu hal ini sangat membahagiakan bagi kedua orang tua Arthur.
Meskipun begitu, ujung jari Arthur masih terlihat biru dan membuat dokter harus mengkaji ulang sebenarnya apa yang terjadi pada Arthur. Setelah melakukan pemeriksaan melalui echo cardio, ternyata ditemukan kalau tekanan jantung ke paru-paru Arthur tinggi dan terkena PPHN (persistent pulmonary hypertension in the neonate).
Tekanan jantun ke paru-paru Arthur mencapai 72.8 di mana batas normalnya berada di bawah 20. Dari kondis ini, dokter akhirnya kembali melakukan tindakan iloprost inhalation supaya tekanannya bisa turun.
Arthur Mulai Lepas Ventilator
Pada analisa tersebut ditemukan kalau leukosit Arthur meningkat dan trombosit turun drastis menjadi 94 ribu. Kondisi ini diperparah dengan adanya pendarahan dalam organ paru-paru Arthur karena sepsis dan infeksi.
Dokter kembali menyarankan tindakan medis selanjutnya, yakni melakukan fresh frozen plasma dan transfusi trombosit lengkap dengan obat anti trombin yang harganya bisa mencapai Rp 12 juta. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kondisi Arthur menjadi stabil.
Kondisi Arthur pun mulai menunjukkan hasil yang positif. Tadinya tekanan PPHN yang masih tinggi di angka 43 pun sudah menurun hingga 14. Ada hal yang masih membuat para dokter bergumul, yakni adanya PDA (Patent Ductus Asteriosus) yang seharunya tertutup dan masih terbuka.
Pengawasan yang intensif terus dilakukan agar kondisi Arthur terus membaik. Kondisi Arthur terus menunjukkan kabar positif. Ventilator sudah mulai dicopot dan Arthur sudah bisa stabil meskipun belum bisa mengatur nafas dengan baik.
Biaya pengobatan Arthur Mencapai Rp 150 juta
Pengobatan dan tindakan medis terus dilakukan demi kesembuhan Arthur. Terhitung sejak tindakan medis pertama, Arthur sudah berada dirawat dalam ruang NICU selama 2 minggu lebih. Biaya Arthur selama dirawat di NICU pun mencapai Rp 10-15 juta/ harinya.
Biaya tersebut belum termasuk biaya obat tertentu atau kebutuhan perawatan lain seperti fresh frozen plasma, transfusi trombosit dengan obat anti trombin yang mencapai Rp 12 juta. Bahkan dalam hitungan 2 minggu Arthur dirawat di ruang NICU, total tagihan yang harus dibayar oleh kedua orang tuanya mencapai Rp 157. 986.607.
Sahabat Ayah Arthur Membantu Lewat Galang Dana
Melihat perjuangan Ayah Arthur, seorang sahabat yang bernama Sudarmadi tergerak hatiya untuk melakukan galang dana untuk kesembuhan putra pertama rekannya.
Dalam hitungan hari, galang dana yang dilakukan oleh sahabat Ayah Arthur berhasil menarik ratusan donatur dengan total donasi lebih dari Rp 102 juta. Kehadiran satu demi satu donatur yang terus bertambah turut membangkitkan semangat ayah dan bunda Arthur untuk terus berjuang.
“Bahagia banget sekarang Arthur udah bisa pulang ke rumah. Perjuangan Arthur sembuh bakal jadi cerita yang akan terus memotivasi perjalanan hidupnya. Perjuangan yang membuktikan kebesaran Tuhan dan dukungan orang-orang baik di Indonesia,” kata Mama Arthur.
Arthur Sudah Pulang ke Rumah Bersama Ayah dan Ibunya
Setelah ventilator Arthur dilepas, kondisinya pun berangsur-angsur pulih. Setelah mendapatkan perawatan dan pengawasan intensif, Arthur akhirnya diizinkan pulang dan bisa tidur bersama kedua orang tuanya di rumah.
Saat pemeriksaan echo terakhir, dalam tubuh Arthur memang masih ada PDA berukuran 1,3 mm dan setelah diberikan ibuprofen, kondisi tersebut sudah tertutup. Kondisi ROP dan telinga juga tidak menunjukkan hal yang buruk, sehingga Arthur sudah bisa keluar dari rumah sakit.
Kisah inspiratif Arthur menjadi salah satu contoh perjuangan nyata orang tua dan anak yang kembali sembuh setelah berjuang bersama-sama.
Biaya pengobatan yang besar terbantu dengan galang dana yang dilakukan melalui Kitabisa.com. Ratusan teman dan keluarga bisa dengan mudah berdonasi dan memberikan dukungan untuk Arthur.
A post shared by Kitabisa.com (@kitabisacom) on
Inspirasi perjuangan Arthur tentu bisa kita sebarkan guna memotivasi bayi-bayi prematur lain yang sedang melawan penyakitnya.
Jika kamu mengenal bayi prematur yang butuh biaya pengobatan dan galang dana melalui Kitabisa.com, kontak kami dengan klik gambar di bawah ini untuk kirim pesan Whatsapp di 0813-1553-2353.