Tahun 2005 silam, Indonesia digemparkan oleh kemunculan penyakit kawasaki. Gangguan kesehatan ini tergolong langka, memiliki gejala serius, dan bisa berakibat fatal jika penanganannya lambat. Pasalnya, penyakit tersebut penyebarannya sangat cepat.
Jepang merupakan negara pertama yang terjangkit penyakit kawasaki, tepatnya pada tahun 1967. Kemudian, kawasaki menyebar ke negara-negara di Asia Timur, seperti Korea, Taiwan, dan juga Jepang. Bahkan, wabah Kawasaki di Jepang memiliki frekuensi lebih tinggi, sekitar 10—20 kali daripada negara lain.
Ingin tahu lebih banyak tentang penyakit kawasaki? Simak ulasan berikut ini.
Mengenal Penyakit Kawasaki
Kawasaki adalah penyakit yang menginfeksi pembuluh darah, terutama pada jantung. Jika dibiarkan, infeksi tersebut bisa mengakibatkan peradangan di dinding pembuluh darah. Bahkan, infeksinya dapat menyebar hingga ke bagian tubuh lain, seperti kulit dan kelenjar getah bening.
Menurut beberapa penelitian, infeksi kawasaki yang juga memicu serangan jantung pada anak. Faktanya, sekitar 25 persen pengidap penyakit tersebut memang mengalami komplikasi jantung, semisal peradangan di lapisan membran dan otot jantung. Selain itu, komplikasi bisa menjadi penyebab masalah pada katup mitral.
Baca juga:
Kenali Penyakit Langka Sindrom Hunter
Kasus Penyakit Langka Pompe Pertama di Indonesia
Penyebab dan Gejala Kawasaki
Sampai saat ini, paramedis maupun peneliti belum bisa memastikan penyebab penyakit kawasaki. Beberapa menduga, penyebab utamanya adalah kelainan genetik yang diwariskan dari orang tua. Namun, tidak ada bukti valid yang merujuk pada argumen tersebut.
Para ahli baru bisa membuktikan, kawasaki tidak menular. Selain itu, kawasaki lebih rentan menyerang balita dengan jenis kelamin laki-laki.
Mengenai gejala kawasaki, biasanya terjadi secara bertahap. Pada serangan awal, pengidap kawasaki mengalami demam tinggi yang tak kunjung sembuh. Seiring waktu, muncul gejala lain yang terdiri dari tiga fase.
Fase pertama, demam selama 5 hari berturut-turut yang disertai gejala mata merah, muncul ruam di beberapa area tubuh, bibir memerah dan kering, serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Selain itu, pembengkakan juga terjadi di kaki dan telapak tangan.
Pada fase pertama, pengidapnya merasa tidak nyaman. Jika ia seorang anak kecil, biasanya rewel dan mudah marah.
Setelah melewati fase pertama, kawasaki memasuki tanda klinis kedua. Gejala fase kedua dimulai pascademam yang dialami pengidap kawasaki. Berikut ini beberapa gejalanya.
- Bagian kulit tangan dan kaki mengelupas dalam ukuran besar, khususnya di ujung jari.
- Pengidap mengalami nyeri sendi.
- Diare yang disertai gejala muntah dan sakit perut.
Nah, di fase ketiga, tanda klinis kawasaki berangsur menghilang—jika penanganannya tepat. Namun, waktu penyembuhan bisa lebih lama manakala terjadi komplikasi. Kurang lebih membutuhkan 8 minggu untuk kembali pulih.
Kamu menemukan gejala selain yang disebutkan di atas? Segera konsultasikan dengan dokter spesialis untuk mencegah dampak lebih serius.
Cara Mengatasi Penyakit Kawasaki
Kawasaki bukan penyakit yang bisa diatasi dengan pengobatan di rumah; pengidapnya harus menemui dokter untuk mendapatkan obat. Salah satu obat untuk kawasaki adalah aspirin. Fungsinya antara lain, menurunkan demam, mengurangi nyeri atau sakit, serta mencegah munculnya peradangan. Sementara itu, untuk mengurangi risiko komplikasi jantung, dokter memberikan zat imunoglobulin.
Zat imunoglobulin dimasukkan ke dalam tubuh melalui perantara jarum suntik. Pemberiannya dapat diulang jika gejala kawasaki pada anak tidak kunjung hilang selama 36 jam pascasuntik.
Kasus penyakit kawasaki meningkat sepanjang tahun. Sekitar 95 persen pengidapnya berumur 5—10 tahun. Artinya, anak-anak lebih rentan terhadap serangan penyakit ini. Untuk mencegah, ajak si kecil menjaga kebersihan tubuh, memilih makanan bergizi, serta banyak beraktivitas.
Baca juga:
Hernia pada Bayi, Ketahui Penyebabnya Berikut Ini
Mengenal Penyakit Thalasemia Pada Anak
Kamu juga bisa bantu biaya pengobatan mereka yang berjuang dengan penyakit kawasaki atau penyakit lain dengan donasi di Kitabisa. Untuk bantu mereka, klik gambar di bawah ini!