Januari 2018 lalu, seorang bayi berusia delapan bulan asal Surabaya dikabarkan terjangkit virus kawasaki. Awalnya dokter mendiagnosa si bayi menderita gejala demam berdarah atau campak. Beruntung staf medis RSUD dr. Soetomo mengetahui bahwa pasien mungil tersebut terserang penyakit Kawasaki. Kemudian berhasil melakukan langkah-langkah terbaik untuk meredakan gejalanya hingga sembuh total.
Apa Itu Penyakit Kawasaki?
Bagi kamu yang awam soal dunia medis, pasti jarang mendengar tentang penyakit Kawasaki. Kawasaki termasuk jenis penyakit peradangan. Istilahnya diambil dari nama seorang dokter Jepang yang pertama kali menemukannya tahun 1967.
Penyakit ini pun sebenarnya jarang terjadi, dan Jepang menjadi Negara dengan penderita terbanyak. Penyakit Kawasaki lebih sering menjangkiti bayi laki-laki berusia lima tahun ke bawah. Namun itu bukan berarti remaja orang dewasa tidak mungkin terinfeksi.
Penyebab Penyakit Kawasaki
Mengenai penyebabnya, sebagian besar peneliti berpendapat bahwa gejala penyakit ini muncul akibat infeksi virus atau bakteri. Fase perkembangannya terjadi dalam tiga tahap yang berlangsung selama kurang lebih 45 hari. Tanpa penanganan intensif, gejala awal yang tampak ringan berpotensi merembet ke jantung dan mengakibatkan komplikasi jangka panjang.
Gejala dan Penyebaran Virus Kawasaki
-
Tahapan Pertama
Tahap pertama biasanya ditandai dengan demam selama lebih dari tiga hari. Pada satu sampai dua minggu pertama, bibir, lidah, telapak tangan, serta mata pasien akan memerah dan kering. Di leher muncul benjolan akibat kelenjar getah bening yang bengkak. Telapak tangan dan kaki pun memerah dan mengalami pembengkakan. Lalu muncul ruam kemerahan di beberapa bagian tubuh.
-
Tahap Kedua
Pada minggu ke-2 sampai ke-4, gejalanya bisa bertambah buruk. Pasien umumnya akan mengalami diare, muntah-muntah, sakit perut dan kepala, mudah lelah, serta sendi-sendi yang nyeri hingga bengkak. Permukaan kulit di jari tangan dan kaki terkelupas, sementara yang lainnya tampak menguning. Bahkan biasanya urin penderita juga mengandung nanah. Jika muncul gejala semacam ini, berarti persebaran virus Kawasaki telah sampai pada fase kedua.
-
Tahap Ketiga
Setelah empat minggu, kemungkinan gejala pada fase kedua tadi akan berangsur-angsur mereda. Namun masa-masa infeksi belum seratus persen usai. Masih membutuhkan waktu sedikitnya enam sampai delapan minggu hingga kondisi pasien benar-benar normal. Jauh sebelum tiba waktu tersebut, alangkah baiknya jika orang tua segera menghubungi dokter.
Baca juga:
Thalasemia Beta Mayor, Salah Satu Jenis Penyakit Langka
Waspada! Begini Penyebaran Virus Rubella pada Anak
Pengobatan Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki dapat diredakan melalui beberapa metode pengobatan. Di antaranya dengan suntikan gamma globulin atau antibodi untuk menurunkan risiko gangguan jantung. Lalu aspirin untuk meredakan demam, nyeri, serta peradangan. Apabila tubuh pasien tidak merespon asupan gammaglobulin, selanjutnya dokter akan memberikan obat Kortikosteroid. Ini juga berfungsi mengurangi peradangan dan risiko tinggi gangguan jantung.
Untuk mendeteksi penyakit Kawasaki, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Orang tua disarankan pergi ke dokter jika anak mengalami demam selama lebih dari tiga hari. Apalagi jika si buah hati juga mengidap sejumlah gejala yang muncul pada fase pertama persebaran virus.
Dokter akan melakukan pemeriksaan dalam beberapa tahap. Mulai dari tes urin, tes darah, hingga pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi (Echo) untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kelainan pada jantung. Tanpa pemeriksaan tersebut, mustahil dokter dapat mengetahui bahwa pasien telah menderita penyakit Kawasaki.
Sayangnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan tersebut tidak bisa dibilang murah. Alhasil banyak pasien terpaksa harus menderita kelainan jantung, karena gagal mendapatkan penanganan yang tepat. Kamu bisa bantu mereka yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan dengan donasi di Kitabisa. Caranya, klik gambar di bawah ini.